RMOLJabar. Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) melepas ekspor 240 kilogram salak Tasik ke Cina di awal musim panen tahun 2019.
Produk hortikultura yang banyak diminati pasar dunia mulai memasuki masa panen pada bulan September ini hingga November nanti.
"Alhamdulilah dengan budidaya yang baik, penanganan pasca panen yang sesuai standar produk ini siap awali musim panen. Semoga bisa mencapai target ekspor, jika ada kesulitan pada persyaratan teknis ekspor, jangan ragu-ragu hubungi petugas Karantina," kata Kepala Barantan Ali Jamil saat melakukan kunjungan kerja ke Instalasi Karantina Tumbuhan (IKT) yang ditempatkan di rumah kemasan milik PT ISM di Tasikmalaya, Sabtu (7/9).
Jamil menjelaskan kunjungan kerjanya kali ini bertujuan untuk memastikan layanan 'jemput bola' atau pemeriksaan karantina digudang pemilik dengan 'inline inspection' telah berjalan dengan baik.
"Masukan dari pelaku usaha sangat kami hargai untuk terus perbaikan layanan kedepan," ujar Jamil.
Barantan, tambah Jamil, selaku fasilitator perdagangan produk pertanian terus melakukan inovasi layanan agar terus mengawal pelaku usaha dalam bersaing di pasar global.
IKT Menjamin Produk Berdaya Saing
Aji, Pimpinan PT NSG Cabang Tasikmalaya mengapresiasi bantuan yang diberikan Barantan melalui Karantina Pertanian Bandung dan Dinas Pertanian Kabupaten kepada rumah kemasannya yang menangani produk hortikultura berupa kelapa, jeruk purut, manggis juga salak.
Menurut Aji, untuk memenuhi permintaan salak, selain dari petani salak di Tasik, dirinya juga membeli salak dari Jogjakarta. Sementara untuk jeruk purut, manggis dan kelapa semuanya berasal dari petani di kabupaten Pangandaran, Garut dan juga Tasik.
Penetapan oleh Barantan yang diawali dengan penetapan sebagai pemeriksaan di tempat lain oleh Karantina Pertanian Bandung, kata Aji, kemudian ditingkatkan menjadi IKT oleh Barantan dan OKKP Daerah setelah memenuhi persyaratan.
"Kami sudah dua kali raih penetapan ini, dua tahun sekali dan sangat membantu, jaminan produk dapat diterima negara tujuan," katanya.
Kepala Karantina Pertanian Bandung, Iyus Hidayat yang hadir dan mendampingi kunjungan kerja kali ini juga menyampaikan data eksportasi salak diwilayah kerjanya tahun 2018 sebanyak 299,4 ton dengan nilai Rp5 milyar.
Harapannya dengan ekspor perdana di awal musim panen dapat mencapai target tahunan hingga akhir musim panen nanti.
Pada saat yang bersamaan juga, kata Iyus, turut dilepas ekspor produk olahan kayu berupa barecore tujuan Cina dengan volume ekspor sebanyak 1.004 metrik ton dari 3 perusahaan yaitu PT. Bineatama Kayone Lestari, PT. Albasi Nusa Karya dan CV. Sandi Persada dengan nilai Rp 3,1 milyar tujuan Cina.
"Untuk produk olahan kayu ini ada tren peningkatan, tercatat di tahun 2018 sebanyak 73,9 ribu metrik ton dengan nilai Rp197 milyar. Sementara hingga Agustus 2019 tercatat 59,5 ribu metrik ton dengan nilai Rp161,9 milyar, diharapkan hingga akhir tahun dapat meningkat yang signifikan," tutup Iyus. [yud]
© Copyright 2024, All Rights Reserved