Yayasan Cimanuk Waluya memprakarsai Pengembangan Korporasi Petani Jagung di Garut Utara Bersama BJB dan CV Mutiara Bumi.
Sebagai tindak lanjut penetapan Kawasan Garut Utara sebagai sentra budidaya jagung, Yayasan Cimanuk Waluya menginisiasi pertemuan awal di Desa Tanggulun Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut. Pertemuan ini dilaksanakan dalam rangka kerjasama dan sinergitas antara para pelaku Agribisnis Jagung.
Pertemuan dihadiri oleh pihak off-taker dari CV Mutiara Bumi yang diwakili oleh Zaki Somantri selaku perwakilan Wilayah Priangan Timur, Asep Hidayat Manajer Divisi Kredit UMKM Bank BJB Wilayah Priangan Timur yang didampingi Dicky Fardiansyah Manajer Bisnis UMKM BJB Cabang Garut, Kades Desa Putrajawa dan Pelitaasih Kecamatan Selaawi, BUMDES Desa Margaluyu Kecamatan Leles serta perwakilan kelompok tani yang ada di Desa Tanggulun Kecamatan Kadungora.
Dalam sambutannya, Asep mengungkapkan bahwa BJB sudah bermitra dengan sangat baik bersama CV Mutiara Bumi yang berkantor pusat di Sragen Jawa Tengah. Para Kepala Cabang BJB sudah melakukan kunjungan ke kantor serta fasilitas pergudangan yang dimiliki perusahaan tersebut.
Bahkan di wilayah cabang Indramayu serta Purwakarta, BJB sudah berjalan melakukan program pembiayaan bersama CV Mutiara Bumi musim tanam satu Oktober - Desember 202 dan musim tanam kedua di bulan April tahun 2021.
Harapannya BJB Cabang Garut bisa segera memulai melaksanakan dukungan pembiayaan budidaya jagung setelah acara pertemuan tersebut mengingat potensi budidaya jagung di wilayah Kecamatan Kadungora saja bisa mencapai tidak kurang dari seribu hektar, apalagi jika ditambah di Kecamatan Leles dan Selaawi.
Zaky Somantri menjelaskan skema kemitraan yang akan dan sudah dilaksanakan CV Mutiara Bumi meliputi enam komponen.
"Komponen pertama berupa penyediaan sarana produksi berupa benih unggul yang disesuaikan dengan agroklimat dan musim, pupuk berkualitas yang terdiri dari pupuk organik padat/granular dengan kandungan asam humat yang terformulasi, pupuk organik cair serta pupuk kimia non-subisidi,"kata Zaky.
Komponen kedua, lanjutnya, berupa paket Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dalam bentuk insektisida, herbisida dan fungisida.
"Komponen ketiga berupa biaya pemeliharaan yang disalurkan setelah pelaksanaan penanaman dan menjelang panen. Sementara komponen keempat, imbuhnya, berupa pendampingan teknologi budidaya pertanian dan agribisnis, dalam hal ini di Kabupaten Garut akan dilakukan oleh Yayasan Cimanuk Waluya," tutur Zaky.
Masih kata Zaky, komponen kelima berupa akses permodalan sesuai dengan kebutuhan petani, dalam hal ini CV Mutiara Bumi sudah bekerjasama dengan BJB.
"Komponen terakhir yang sangat krusial adalah akses pasar, dimana jagung hasil produksi petani akan dibeli oleh CV Mutiara Bumi dengan harga sesuai harga pasar saat panen baik dalam bentuk tongkol, pipil basah maupun pipil kering dengan sistem pembayaran tunai," tuturnya.
Para ketua kelompok tani menyambut dengan antusias penjelasan skema kemitraan tersebut.
H. Omo Kepala Desa Pelitaasih Kecamatan Selaawi yang ikut hadir menyampaikan bahwa skema kemitraan tersebut merupakan hal yang selama ini dinanti-nanti oleh petani.
"Fakta di lapangan kendala utama dalam budidaya jagung saat ini adalah ketersediaan benih unggul serta pupuk. Keterlambatan penanaman akibat kelangkaan benih dan pupuk berakibat fatal terhadap hasil yang diperoleh oleh petani," ungkapnya.
Selain itu, kata H. Omo, harga jual saat panen terkadang dirasakan petani tidak adil akibat adanya ulah oknum spekulan yang mementukan harga beli ketika panen.
Skema kemitraan yang dilakukan CV Mutiara Bumi, Kades Pelitaasih yakin akan sangat membantu petani.
Ia juga mengusulkan supaya skema kemitraan tersebut bisa disinergikan dengan program pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian.
"Hal ini terkait dengan adanya program pembagian benih jagung kepada petani, karena fakta dilapangan benih yang dibagikan pemerintah banyak yang tidak ditanam petani sehingga menjadi sia-sia akibat ketidaksesuain varietas yang ditanam dilokasi sekitar bahkan benih yang dibagikan ternyata sudah kadaluarsa," katanya.
Pada kesempatan tersebut, hadir pula Eep S. Maqdir, Ketua Swadaya Petani Indonesia. Ia turut menyampaikan kegembiraannya dengan adanya program kemitraan ini.
“Persoalan petani dari tahun ke tahun, bahkan puluhan tahun adalah terbatasnya akses permodalan, akses pasar, dan akses teknologi. Kemitraan ini adalah jalan persoalan tersebut. Apalagi jika harga jual petani ke offtaker jangan sampai kurang di bawah HPP, Insya Allah petani akan sejatera,” ujar Kang Eep begitu ia akrab di sapa.
Sedangkan Widiana Safaat Ketua Yayasan Cimanuk Waluya dalam acara tersebut, menyatakan bahwa inisiasi program kemitraan ini kedepannya diharapkan bisa menjadi salah satu upaya terciptanya entitas bisnis KORPORASI Petani yang dimiliki rakyat setempat (Gapoktan, Koperasi dan entitas binis lain), pendampingan dan pembinaan secara berkesinambungan sehingga aktivitas/manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh petani dan masyarakat.
Pasalnya, lanjut Widiana, selama ini petani menjalankan pertanian/bisnisnya masing-masing. Nantinya, ia menambahkan, korporasi petani (Corporate Farmer) khususnya komoditas jagung di Kabupaten Garut diharapkan mampu mencipkatan kegiatan bisnis petani secara profesional.
“Kedepan diharapkan tercipta suatu model bisnis yang berkelanjutan sehingga terbentuk Koperasi Petani yang bisa mengkolaborasikan petani dan masyarakat desa melalui gapoktan dan Entitas perwakilan masyakarakat desa/BUMDes yang membentuk penguatan kelembagaan berupa koperasi atau pun badan hukum lain yang memungkinkan. Untuk peningkatan level kelembagaan dengan skala usaha yang lebih besar dan mampu bersaing di pasar dapat membentuk KORPORASI yang dikelola secara professional,” tutur Widiana.
Hal itu, lanjutnya, sejalan dengan Permentan no. 18 tahun 2018, yang menyebutkan bahwa korporasi petani merupakan kelembagaan ekonomi petani berbadan hukum berbentuk koperasi atau badan hukum lain dengan sebagian besar modal dimiliki oleh petani.
"Hal ini sejalan dengan program kementerian KUMKM dalam rangka program mewirausahakan petani supaya bisa mengambil peran dalam Global Value Chain apalagi secara khusus permintaan komoditas jagung hingga saat ini sangat besar sekali, sehingga pemerintah setiap tahun harus melakukan import untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dan ini merupakan salah satu peluang yang harus diambil dan dimanfaatkan supaya petani jagung di Kabupaten Garut bisa meningkatkan kesejahteraanya," kata Widiana.
Yayasan Cimanuk Waluya sendiri merupakan yayasan yang fokus terhadap upaya upaya pengelolaan sumberdaya alam (lahan, air, sumberdaya manusia, dan lain-lain).
Visi Yayasan Cimanuk Waluya ini adalah Menjadi gerakan masyarakat penyelamat DAS Cimanuk yang Sistemik dan Terintegrasi dengan mempromosikan pembangunan berkelanjutan melalui pemulihan dan konservasi sumber daya alam dan budaya serta aplikasi teknologi informasi berdasarkan nilai-nilai(value) Walagri (sehat), agar tercipta DAS Cimanuk sebagai kawasan yang sehat dalam beragam aspek/sektor kehidupan; Kayungyun (Cantik) agar DAS Cimanuk menjadi tempat yang indah sebagai tujuan wisata; serta Mulya (Mulia) memiliki kedudukan/martabat yang terhormat, luhur budi serta bermutu tinggi dan berharga.
© Copyright 2024, All Rights Reserved