Produksi susu segar di Kawasan Bandung Utara (KBU) mengalami penurunan secara drastis. Hal ini dikarenakan kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) banyak terjadi hampir di semua peternak sapi perah di Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Ketua Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU), Dedi Setiadi mengungkapkan, saat ini produksi susu segar di KPSBU mengalami penyusutan sebanyak 30 persen selama periode 2022 sampai 2023 yang diakibatkan wabah PMK.
"Setelah (peternak sapi perah) sapinya kena kan turun produksinya sampai 80 persen, nah, untuk recovery-nya lagi itu lama sekali," ucap Dedi saat ditemui di Kantor KPSBU Lembang, Senin (6/2).
Dikarenakan banyak peternak sapi perah yang terdampak, dia menuturkan, KPSBU mengalami kesulitan untuk meningkatkan produksi susu sapi segar yang biasanya mencapai angka 120 ton perhari.
"Jadi ke KPSBU itu kita produksi 97 ton sehari, kadang 96 ton, bahkan 95 ton, dan belum sempet naik melebihi 97 ton susu segar," ucapnya.
Adapun rencana untuk menggenjot kembali jumlah produksi susu segar, dia menerangkan, KPSBU telah menyiapkan 1,5 hektare lahan untuk pembibitan sapi perah. Dimana, KPSBU akan membeli sapi-sapi pedet dari para peternak Bandung Utara.
"Sapi pedet yang dihasilkan dari peternak yang akan dijual, akan kita tampung dan besarkan dengan cara good farm practice untuk menghasilkan bibit yang baik kedepannya," ujarnya.
Selain proses pembibitan, dia menerangkan, untuk meningkatkan produksi susu sapi segar perlu adanya penambahan populasi sapi perah, perbaikan pakan, serta pemanfaatan teknologi.
"Kita akan melakukan upaya semen sexing agar ketika sapi itu dikawinkan, 80 persen anakannya itu betina," tuturnya.
Untuk diketahui, hingga saat ini produksi susu sapi nasional baru mencapai 22 persen. Sehingga, 78 persen produksi susu di Impor dari berbagai negara untuk memenuhi kebutuhan susu sapi nasional. (Alvin Iskandar)
© Copyright 2024, All Rights Reserved