BERBICARA tentang millenial, tentu tidak akan terlepas dari perkembangan teknologi yang kian canggih dari masa ke masa. Mengapa demikian? Karena generasi millenial lah yang menjadi aktor utama dalam menguasai teknologi dan mendominasi media sosial dibandingkan generasi sebelumnya.
Di Indonesia sendiri, jumlah generasi millenial mencapai 85 juta dari 258 juta jiwa penduduk Indonesia. Sebenarnya siapa generasi millenial tersebut? Mengapa begitu banyak diperbincangkan oleh berbagai kalangan dari berbagai bidang?
Generasi Millenial atau yang sering disebut sebagai generasi Y merupakan generasi yang lahir setelah generasi X, yaitu pada tahun 1980-2000-an atau saat ini sudah berusia kisaran 15-38 tahun. Kisaran usia tersebut termasuk dalam usia yang produktif.
Peran pemuda sebagai harapan bangsa sangatlah berpengaruh besar. Kita tidak bisa melupakan fakta bahwa pemuda Indonesia memiliki sumbangsih yang besar dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.
Tentu, ada banyak sekali deretan peran pemuda dalam catatan sejarah panjang bangsa Indonesia, mulai dari zaman penjajahan hingga Orde Baru.
Sebagai komponen yang memiliki pengaruh besar terhadap kemajuan suatu bangsa, generasi ini menjadi sasaran empuk bagi partai politik untuk mendulang suara pada Pemilu 2019 yang tidak lama lagi akan diselenggarakan.
Mengingat bahwa bangsa Indonesia menganut paham demokrasi dimana setiap warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah masa depan bangsa melalui pemilihan pemimpin yang akan menjalankan roda pemerintahan. Ditambah, Jumlah pemilih dari generasi millenial adalah sebesar 48 persen dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia. Maka, banyaknya jumlah generasi millenial tersebut menjadi peluang yang bagus untuk meraih banyak suara.
Disadari ataupun tidak, saat ini partai politik sedang berlomba-lomba untuk menarik simpati generasi millenial yang terbilang cukup unik dalam memilih figur pemimpin. 'Kelompok millenial merupakan kelompok pemilih yang lebih mengedepankan rasional dan figur cerdas'. (La Ode,2018).
Generasi millenial sebagai agent of change harus tanggap terhadap isu-isu yang berkembang terkait dengan pemilu serta mampu mengawasi jalannya proses demokrasi dalam pemilu kearah yang sesuai dengan asasnya.
Meskipun, pada dasarnya generasi millenial memiliki sikap yang apatis terhadap politik, tetapi harus tetap diingat bahwa ada generasi millenial memiliki tanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa. Sebagai pemuda yang cerdas, menentukan segala sesuatu termasuk dalam memilih pemimpin harus mengedapankan rasionalitas dan netralitas dalam menilai calon pemimpinnya.
Tanbih, ada banyak sekali kasus korupsi yang dilakukan oleh petinggi negara selama ini, hal ini tentu menjadi dasar pertimbangan dalam memilih figur yang paling tepat untuk menjadi pemimpin bangsa ini.
Pemuda harus memiliki idealisme yang tinggi. Mengapa? Karena idealisme merupakan modal dasar untuk menilai calon pemimpin secara kritis serta melalui banyak pertimbangan, sehingga pilihan generasi muda dapat melahirkan pemimpin yang berkualitas.
Lalu dari mana para generasi millenial dapat mendapatkan informasi untuk menilai calon pemimpinnya? Tentu saja tidak akan jauh-jauh dari internet. Sudah menjadi ciri khas generasi millenial dalam kemampuannya menggunakan teknologi.
Hal ini membuat generasi ini lebih mendominasi jika dibandingkan dengan generasi X dalam dunia media sosial bahkan hampir tidak bisa lepas dari dunia maya dan gadget.
Meski demikian, masalahnya adalah tidak semua informasi yang beredar di internet dapat dipertanggung jawabkan.
Seperti yang kita ketahui, seiring dengan perkembangan zaman, semakin banyak kejahatan yang terjadi melalui internet. Salah satunya adalah pembohongan publik atau hoaks yang dapat merugikan banyak orang serta menguntungkan kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan tertentu.
Hoaks merupakan sebuah masalah yang cukup serius meskipun sekilas terlihat sepele. Hal ini karena hoaks dapat mengubah persepsi dan cara pandang seseorang terhadap suatu fenomena.
Dengan demikian, seseorang yang telah termakan hoaks akan kehilangan pendiriannya dan mudah terombang-ambing oleh informasi negatif yang dapat memicu perpecahan dalam masyarakat.
Permasalahan hoaks ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, perlu adanya suatu tindakan untuk menyadarkan generasi millenial dalam berglobalisasi dengan baik, benar dan tepat.
Hadirnya teknologi boleh saja memudahkan manusia dalam menyelesaikan pekerjaannya. Akan tetapi, kita harus ingat bahwa teknologi diciptakan untuk membantu manusia, bukan malah manusia yang dikuasai teknologi.
So, jadilah generasi yang kritis dalam berpikir dan bijak dalam menggunakan internet. Budayakan membaca dan mencari tahu kebenaran atas suatu informasi sebelum menyebarkan informasi tersebut kepada yang lainnya.
Zaman terus bergerak, kita tidak boleh terus berdiam diri. Bangsa ini membutuhkan partisipasi dan kontribusi aktif para jiwa mudanya.
Kita dapat menjadi generasi millenial yang hebat dalam berselancar, namun kita tidak boleh menjadi seorang apatis yang tak peduli dengan masa depan bangsa ini. Kita harus ingat bahwa ada darah juang yang mengalir dalam tubuh kita untuk Ibu Pertiwi. Jadilah Generasi Millenial yang cerdas dengan tetap memiliki integritas dan idealisme.[***]
Penulis Siti Hartati
Mahasiswa IPB, Kader DPC GMNI Bogor
© Copyright 2024, All Rights Reserved