Rasa kepedulian dan empati di tengah pandemi Covid-19 nampaknya telah merebak ke sejumlah influencer di Indonesia. Sebut saja Doni Salmanan, yang tidak ragu mengeluarkan sejumlah uangnya untuk diberikan ke orang lain beberapa waktu lalu.
Lalu ada Arief Muhammad yang membagikan uang tunai dengan gaya nyeleneh, atau disebut sebagai Ikoy. Semangat berbagi pun menjadi ramai dilakukan oleh influencer lainnya.
Tak terkecuali bagi influencer asal Bandung, Adit Yara. Tidak hanya membagikan uang secara cuma-cuma, influencer yang berkonsentrasi di bidang wiraswasta dan bisnis ini pun membagikan banyak produk bikinan lokal kepada para pengikutnya.
Uniknya, bagi-bagi rezeki gaya Adit ini dilakukan tiap Pemerintah Indonesia memberikan pengumuman perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Sejauh ini, Adit sudah membagikan sekitar 220 produk di dua pengumuman PPKM terakhir kepada pengikutnya dengan jenis yang berbeda-beda.
“Targetnya sih bisa jadi seribu (produk yang dibagikan) sampai 17 Agustus 2021,” ucap Adit dalam keterangannya, Sabtu (14/8) kemarin.
Diakui Adit, jika semangat berbagi itu dimulai dari tren Ikoy yang meramaikan media sosial beberapa pekan terakhir. Dia menggunakan ombak tren tersebut untuk mengenalkan berbagai produk local brend keren yang ada di Indonesia.
“Sejarahnya memang setelah tren Ikoy yang (bagi-bagi) pakai uang. Nah, di situ saya berpikir bagaimana caranya agar tren ini bisa lebih massif, agar pemenang dari tren ini tidak hanya sedikit,” ungkapnya.
Karena hadiahnya berupa uang, maka jangan heran jika pemenang dari tren Ikoy hanya melibatkan 10-20 orang saja. Pemilik akun @adit_yara ini pun berpikir bagaimana caranya agar tren bagi-bagi ini bisa dimenangi banyak orang.
“Jadi saya hanya mencoba memperbesar harapan orang untuk menang, yaitu mengubah uang menjadi produk,” kata pendiri jenama tas asal Bandung, NIION ini.
Sejauh ini, Adit telah menampung sekitar 20 merek lokal yang ada di Indonesia. Tidak hanya jenama asal Bandung yang menjadi tempat kelahirannya, Adit melibatkan local brand asal kota lain seperti Jakarta, Yogyakarta, Karawang, dan Solo.
Untuk mendapatkan produk yang dibagikan, Adit menghindari pengikutnya untuk meminta-minta. Ia pun kemudian menawarkan konsep agar warganet tidak memilih untuk mengemis hanya untuk mendapatkan produk gratis.
“Ini layaknya give away biasa, yang dimulai dari mem-follow akun merek terkait. Terus, yang pertama saya meminta alasan paling unik dari pengikut tentang mengapa dia layak mendapatkan produk tersebut. Yang kedua itu saya minta mereka menyebutkan alasan mengapa harus mencintai produk lokal,” tuturnya.
Di sisi lain, apa yang dilakukan Adit merupakan salah satu shortcut yang dapat ditempuh local brand yang kerap kesulitan dalam mengenalkan mereknya. Bagaimana tidak, lanjut Adit, local brand sering kali terbebani biaya yang sangat mahal untuk dapat meningkatkan eksposur mereknya.
“Kalau local brand mau beli Facebook Ads itu konversinya mahal. Lagian, belum tentu Facebook Ads bisa jadi konversi kalau belum punya website. Lalu ada juga cara paid promote yang semakin hari semakin tidak efektif, misalnya endorse dan iklan di media massa,” ujarnya.
Adit mengatakan, bahwa dengan cara ini dia ingin mengenalkan merek-merek yang belum dikenal oleh masyarakat luas. Ia berkaca pada berbagai kesulitan ia rasakan ketika pertama kali mengenalkan NIION pada masyarakat Indonesia.
“Ketika mendirikan NIION delapan tahun lalu, saya kesulitan untuk mendapatkan sarana pemasaran seperti ekspos media. Nah, sekarang ini saya hanya ingin bantu local brand lain lewat kampanye dan movement yang sudah saya bikin,” katanya.
Dengan fenomena bagi-bagi produk lokal Indonesia ini, seseorang dipaksa untuk mencoba dan mengakui bahwa local brand memang layak disandingkan dengan produk-produk impor.
“Dengan cara ini kamu akan dipaksa untuk mencoba produk Indonesia, ketimbang saya harus kasih duit ke warganet yang akhirnya dipakai belanja produk asing. Jadi ini dilakukan supaya masyarakat coba dulu pada local brand,” imbuhnya.
Adit berharap, siapa pun yang pernah mendapatkan produk hasil dari movement-nya untuk mengubah pandangan terhadap local brand.
“So don’t judge a brand from its followers. Kalau barang bagus meski followers belum banyak, ya kamu tetap layak untuk beli, kok,” tandasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved