Cegah Dampak Negatif, Aa Maung Sarankan Sekolah dan Orangtua Monitoring Handphone Siswa Secara Rutin

Ketua Umun Lembaga Bantuan Pemantau Pendidikan Jawa Barat, Asep B Kurnia alias Aa Maung/Istimewa
Ketua Umun Lembaga Bantuan Pemantau Pendidikan Jawa Barat, Asep B Kurnia alias Aa Maung/Istimewa

Pandemi Covid-19 yang mengharuskan siswa-siswi belajar online ternyata memberikan dampak negatif. Pasalnya, para siswa-siswi kurang mendapatkan kegiatan lebih yang biasanya dilakukan di sekolah, akhirnya mereka lebih banyak bermain medsos.


Hal inilah yang disoroti Ketua Umun Lembaga Bantuan Pemantau Pendidikan Jawa Barat, Asep B Kurnia. Pihaknya mendapatkan temuan-temuan bahwa para peserta didik masuk dalam grup WhatsApp (medsos) yang tidak mendidik.

"Saat ini saya mendapatkan temuan dari beberapa sekolah, bahwa siswa-siswa dari tingkat SD sekalipun no telpon selulernya masuk group WA (Whatsapp) yang sangat membahayakan atau mengancam moral anak-anak kita ke depannya," kata Aa Maung begitu sapaannya, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (15/9).

Pihaknya menjelaskan, berdasarkan hasil telusurannya, terdapat grup-grup WhatsApp bernama "Anak Sesad Indonesia" dan "Grup Pencari Surga" yang di dalamnya berisi gambar dan video porno.

Oleh karena itu, Aa Maung menyarankan agar pihak sekolah dan orangtua untuk lebih intens mengecek handphone anaknya agar bisa mencegah hal-hal yang tidak diinginkan saat bermain medsos.

"Jadi ini harus ada perhatian khusus yang sangat penting dimulai dari Orang tua siswa, Dinas Pendidikan, dan sekolah-sekolah dari semua tingkatan," jelasnya.

"Ini mungkin dampak kurangnya kegiatan setelah pandemi kemarin, sehingga siswa atau anak-anak beramain medsos," tambahnya.

Karena jika dibiarkan lanjut Aa Maung, akan berdampak negatif pada perbuatab dan perilaku peserta didik. Sehingga diharapkan semua elemen pendidikan ikut mencegah efek negatif dari medsos.

"Kalau dibiarkan tanpa ada kontrol terhadap anak-anak ini akan sangat membahayakan, karena yang saya lihat anggota grup tersebut jumlahnya ratusan bahkan lebih dari 300 orang. Semoga seluruh elemen pendidikan 

kompak memerangi hal tersebut secara serempak bersama-sama," pungkasnya.