Agrsifitas China di perairan Indonesia itu menimbulkan kekhawatiran banyak pihak di dalam negeri. Sudah tiga kali Sea Glider ditemukan di wilayah laut nusantara, terakhir kapal survey China di kejar kapal patroli Bakamla di Selat Sunda karena diketahui mematikan Automatic Identification System (AIS).
Menanggapi situasi tersebut peneliti pertahanan dan keamanan, Beni Sukadis, menyoroti kapabilitas pertahanan Indonesia saat ini.
“Kita masih lemah, terutama alat deteksi dini kapal asing yang masuk,” ujar Beni dalam Webinar Kantor Berita Politik RMOL yang mengambil tema “Menjaga Gawang Pertahanan Indonesia”, Senin (18/1).
Menurutnya, saat ini Indonesia hanya punya sedikit radar laut dan tak punya satelit pertahanan.
“Setahu saya kita baru punya satu hibah dari Amerika yang jangkauannya 1.000 Km. Tapi itu hanya cukup untuk wilayah Selat Malaka,” uajrnya.
Hal itu, lanjutnya, jelas tidak memadai untuk memantau dan menjaga wilayah laut Indonesia yang mencapai mencapai 5,8 juta km persegi. Selain itu, ada 17.508 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Marauke dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km yang harus diawasi.
“Radar dan satelit memang mahal di awal tapi akan menguntungkan buat pertahanan kita. Saya dengar anggarannya ada. Makanya kita mendorong membeli perangkat buat memantau wilayah laut,”katanya.
Selain alat identifikasi dini, Beni juga menilai pentingnya pemerintah segera menambah jumlah armada kapal perang dan kapal patroli laut yang saat ini jumlahnya masih minim.
Disinggung soal upaya diplomasi dalam menyikapai pelanggaran kedaulatan wilayah Indonesia, beni menilai hal itu penting. Namun, kata Beni, tak kalah pentingnya adalah Alutsista TNI yang memberi efek deterrence.
“Selain penguatan diplomasi, penguatan alutsista kita. Terutama alutsista laut. Radar, kapal laut, pesawat dan rudal supaya jadi faktor deterrence,” tuturnya.
Soal jumlah dan spesifikasi, beni mengaku tak terlalu faham. Menurutnya, hal itu jadi domain Kementerian Pertahanan.
“Saya gak punya angka idealnya. Kemnhan yang tahu hitungannya,”ujar Beni.
Namun demikian, Beni meyakini bila mempertahanakan keutuhan wilayah negara tak bisa hanya di selesaikan dengan diplomasi.
“Diplomasi tanpa tindakan, omong kosong. Harus ada langkah nyata dilapangan,” demikian Beni.
© Copyright 2024, All Rights Reserved