Ultra Trail du Mont Blanc (UTMB) digelar pada pekan lalu, Arief Wismoyono dari Manglayang Academia, tercatat sebagai salah satu peserta yang mengambil kelas UTMB 170 km dengan venue start dan finish di Chamonix, Perancis.
Rute yang dilalui melewati tiga negara di mana Pegunungan Mont Blanc atau Monte Blanco itu berada di Perancis, Swiss, dan Italia.
Lomba lari trail dunia yang telah berlangsung 12 tahun ini, menjadi arena 'naik haji' para pelari trail. Para peserta membutuhkan ketahanan fisik dan mental karena medan yang ditempuh sangat berat dan bersuhu 8 derajat celcius.
Bahkan, para pelari harus mengumpulkan sejumlah point International Trail Running Association (ITRA) dari sejumlah lomba lari trail sebelumnya. Tahun ini 10 ribu pelari lolos point dan berlari pada aneka kategori, termasuk Arief Wismoyono dan lima pelari trail Indonesia lainnya.
Pelari trail Indonesia, Arief Wismoyono mengatakan, dirinya giat berlatih dan menyiapkan diri di Gunung Manglayang, karena wilayah tersebut memiliki medan yang lengkap. Ia pun membentuk Manglayang Academia, dan menjadi 'rektor' bersama lTaofik Hidayat sebagai 'dosen'.
"Kami berlatih secara rutin dan terprogram. Sejumlah pelari trail lain pun kerap bergabung dan berguru kepada kami. Dari observasi saat UTMB tahun lalu, saya menyimpulkan bahwa medan latihan yang tepat untuk UTMB adalah Gunung Manglayang," kata Arif yang kerap disapa Mang Aip, Minggu (5/9).
Menurutnya, untuk menuju Gunung Manglayang dengan ketinggian 1.818 mdpl itu, para pelari disuguhi rute yang relatif technical dengan elevation gain sekitar 2.342 m dan gradient 32 persen. Bahkan, gunung yang berdomisili di belakang Kampus Unpad Jatinangor, Kabupaten Sumedang, memiliki tingkat kesulitan yang sangat teknis sehingga dijadikan tantangan untuk ditaklukkan.
"Dari pengalaman mengikuti UTMB tahun 2017, saya menarik pelajaran bahwa berlari di turunan adalah kunci untuk 'mencuri' waktu. Sekitar 10 km terakhir di UTMB adalah jalur turunan," tuturnya.
"Apalagi suhu sangat dingin, mendorong kita untuk terus bergerak. Dan hal itu yang kemudian saya buktikan. Pada 10 km terakhir, saya menyusul banyak pelari dari mancanegara. Seingat saya, sekitar 39 pelari yang saya susul," lanjutnya.
Ia mengaku, kemampuan berlari downhill mendapatkan apresiasi dari para peserta yang berhasil dilewati. Dirinya pun menyelesaikan jarak 170 km tersebut dalam waktu 35 jam 56 menit dengan jurus rahasianya yaitu, downhill skill.
"Mereka memberi semangat dan bertepuk tangan," sambungnya.
Lebih lanjut, Arif menambahkan, para peserta yang berkesempatan bergabung pada offline race Unpad MTR mendatang, dinilai sangat beruntung. Pasalnya, mereka dapat menikmati keistimewaan Gunung Manglayang secara maksimal.
"Sejak tahun lalu kami pun telah disurvey dan disiapkan oleh tim pengelola rute Unpad MTR," tambahnya.
Kegiatan Unpad MTR awalnya akan dilangsungkan pada 27 Juni 2021 tetapi diundur menjadi 19 September 2021. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Yayasan Palawa Indonesia bekerjasama dengan IKA Unpad telah mendapat rekomendasi dari Dispora Jabar melalui surat rekomendasi yang diterbitkan secara khusus.
Dispora Jabar menilai kegiatan tersebut sebagai bagian dari olahraga rekreasi yang akan mendatangkan manfaat dan dikelola dengan mematuhi peraturan sesuai dengan kondisi pandemi Covid-19. Termasuk Surat Keputusan (SK) Gubernur Jabar tentang Prokes untuk Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19 pada fasilitas olahraga publik serta perizinan dari pihak berwenang di Sumedang pun telah dipersiapkan dengan baik.
Sementara itu, Direktur IdeaRun, Safrita Aryana menjelaskan, guna memenuhi prokes, pihaknya selaku race management Unpad MTR menetapkan sejumlah peraturan relevan. Peraturan tersebut mengacu pada CHSE Kemenparekraf tentang Lomba Lari Massal Jalan Raya dan juga SK Gubernur Jabar.
"Pelari dan petugas diharuskan telah mendapat vaksin Covid-19," jelasnya.
Safrita mengungkapkan, jumlah peserta offline race akan dibatasi sebanyak 150 pelari dan dibagi dalam dua kategori 42K atau Trail Marathon dan 21K atau Trail Half Marathon. Pada saat race pack collection sehari sebelum offline race digelar, pelari terseleksi pun akan menjalani test untuk mendeteksi virus Covid-19.
Apabila terdekteksi virus covid-19, maka pelari mengundurkan diri dengan berbesar hati dan tidak diizinkan berada di lokasi kegiatan demi kepentingan kesehatan semua pihak yang terlibat. Tes serupa pun akan diterapkan kepada panitia dan seluruh kru yang bertugas pada offline race tersebut.
"Seluruh peserta yang terseleksi harus mematuhi persyaratan mandatory gear yang harus dibawa sesuai ketetapan. Kami akan melakukan cek terhadap perlengkapan wajib ini dalam beberapa kesempatan, termasuk secara random dilakukan di rute lari," ungkap Safrita yang juga sebagai race director kegiatan ini.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Panitia, Juston Pangaribuan menyampaikan, kegiatan tersebut memiliki nilai tambah berupa program baby tree plant atau penanaman pohon untuk penghijauan. Kawasan penghijauan berlokasi di kaki Gunung Manglayang di sekitar Kampus Unpad Jatinangor.
Pohon yang ditanam akan disediakan oleh BI Jabar, lalu akan dipilih jenis pohon yang cocok dengan habitat dan ekosistem di kawasan tersebut. Sehingga, diharapkan dapat memberikan manfaat banyak, termasuk menjaga sumber mata air di sana.
"Kegiatan baby tree plant ini merupakan tradisi yang dilakukan sejak MTR 2015 dan 2016 lalu," tutup Juston
© Copyright 2024, All Rights Reserved