Lima pasangan calon kepala daerah (cakada) bakal berlaga pada Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Bogor 2024. Fenomena langka dalam proses demokrasi tingkat daerah tersebut menjadi perhatian sejumlah pihak.
Pengamat Politik Yudfitriadi mengungkap sisi menarik dari dinamika politik menjelang pilkada di Kota Bogor seiring hadirnya lima pasangan calon (paslon) yang resmi mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Yang menarik juga munculnya figur-figur baru yang selama ini relatif tidak kuat popularitas dan elektabilitasnya. Seperti ada nama Annida, Melly dan Teddy," kata Yudfitriadi, Jumat (30/8).
Ia menyebut, terjadinya lima paslon karena kondisi putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No 60 yang mengubah suhu dan juga konstelasi politik Pilkada. Sebelum tahapan pendaftaran paslon, bahkan sudah mulai diramaikan dengan munculnya banyak figur bakal calon.
"Sehingga, melalui putusan MK yang mematok ambang batas peesyaratan partai politik atau gabungan partai politik untuk bisa mengusung pasangan calon sangat rendah, benar-benar menjadi angin segar bagi banyaknya figur. Hal itu dibuktikan sampai lima pasangan calon yang sudah mendaftar di KPU Kota Bogor. Bisa jadi ini merupakan pasangan calon terbanyak di Indonesia," ungkapnya.
Di samping itu, Yus mengungkap, banyaknya paslon yang mendaftar karena Kota Bogor tidak memiliki potensi yang menarik. Sehingga, Kota Bogor sengaja dilepas elite partai di tingkat pusat karena tidak termasuk daerah yang didesain menjadi objek kuat bagi Koalisi Indonesia Maju (KIM).
"Tidak menariknya bisa jadi disebabkan oleh tidak kuatnya potensi kedaerahan, ataupun tidak menarik karena tidak ada putra mahkota kekuasaan yang perlu mendapatkan dukungan all out dari KIM plus. Sehingga pilkada Kota Bogor dilepas oleh elit politik di tingkat pusat. Namun apapun faktornya, pilkada di Kota Bogor pasti akan sangat dinamis menggambarkan demokrasi dalam kontestasi," ujarnya.
"Selain itu saya memastikan Pilkada di Kota Bogor akan dilaksanakan dengan dua putaran. Dengan pasangan calon yang banyak, kecil kemungkinan pada putaran pertama ada pasangan calon yang mendapatkan 50 persen plus satu suara," lanjut dia.
Disinggung paslon yang memiliki kans cukup tinggi untuk memenangkan pertarungan di Pilkada Kota Bogor, kata Yus, salah satu indikatornya hanya hasil survei terakhir dari berbagai lembaga. Namun tetap harus ada lembaga yang kembali mengukur tingkat elektabilitas setelah resmi adanya 5 paslon.
"Sementara ini, dengan parameter hasil survei terakhir paslon Dedie-Jenal yang mempunyai kans kuat, jika Pilkada Kota Bogor dilakukan satu putaran, namun jika dilakukan dua putaran, harus ada kalkulasi masing-masing paslon. Yang pasti potensi besarnya dilaksanakan dua putaran," tandasnya.
Diketahui, kontestasi Pilkada di Kota Bogor diramaikan lima paslon. Kelima paslon tersebut, di antaranya Dedie Rachim dan Jenal Mutaqin yang diusung PAN, Gerindra, Demokrat, Perindo dan Partai Gelora. Kemudian, pasangan Sendi Fardiansyah-Melli Darsa yang diusung Nasdem, Golkar dan PSI.
Selain itu, pasangan Raendi Rayendra dan Eka Maulana yang diusung PKB, PPP, PBB, PKN, Partai Buruh dan juga Partai Garuda. Pasangan selanjutnya, yakni Rena Da Frina dan Teddy Risandi yang diusung PDIP-Hanura. Terakhir, pasangan Atang Trisnanto dan Annida Alivia yang diusung PKS.
© Copyright 2024, All Rights Reserved