Drone atau Unmanned aircraft vehicles (UAVs) kini telah menjadi pilihan pertama dalam peperangan yang di lakukan oleh sebuah negara atau entitas non negara.
Fenomena itu tidak lepas dari semakin canggihnya teknologi drone dan semakin banyakanya senjata dengan kecerdasan buatan itu digunakan dalam medan tempur. Disisi lain semakin mudahnya mendapatkan sebuah drone telah meningkatkan dinamika baru pada peperangan modern.
Dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (20/2), meski drone militer sudah digunakanmenjadi mesin pembunuh sejak 20 tahun lalu, namun kesuksesan drone Turki di Nagorno-Karabakh membuka mata dunia bahwa spekturm peperangan telah berubah dan drone telah menjadi penentu kemenangan sebuah peperangan.
Negara-negara di dunia kini tak lagi memandang drone sebagai pelengkap pertempuran tapai sudah jadi alat utama sistem pertahananyang bisa menjalankan fungsi pengintaian, pembunuh bahkan jadi alat untuk mengoordinasikan artileri, tank, dan infanteri.
Spektrum drone sekarang berkisar dari drone tempur biasa hingga model kamikaze. Beberapa drone bahkan memiliki kemampuan untuk mengganggu pertahanan udara dan sistem komunikasi musuh. Mengingat efektifitas drone dinilai tinggi dan haraganya pun relative terjangkau, membuat drone jadi incaran banyak negara.
AS tercatat sebagai negar pertama yang memanfaatkan alutsista canggih ini. Drone digunakan oleh pemrintah George Bush untuk memburu dan membunuh parat petinggi Al Qaeda dan ISIS. Kesuksesan dalam misi dilapangan membuat pemerintah AS serius mengembangkan industri drone.
Selain AS, saat ini ada tiga pemain penting dalam dunia drone yakni China, Israel, dan Turki. Ketiganya dalam mengembangkan produk drone terbaru dan menjualnya ke seluruh dunia.
Pasar drone telah berkembang sesuai dengan itu. Pada 2019, nilainya $ 10,53 miliar. Pada tahun 2027, pasar diperkirakan akan mencapai $ 23,78 miliar, angka yang tidak mengejutkan mengingat sekitar 30.000 drone militer sudah digunakan.
© Copyright 2024, All Rights Reserved