Becak identik dengan kaum kalangan bawah. Angkutan beroda tiga ini telah puluhan tahun lahir sebelum era digitalisasi.
Ditemui di salah satu pangkalan becak di bilangan jalan Kesambi Kota Cirebon, sejumlah penarik becak mengaku setelah hadirnya ojek online di wilayah Cirebon kehidupannya makin sulit.
Begitu dituturkan Tono (45) penarik becak di Kota Cirebon saat berbincang dengan Kantor Berita RMOLJabar, Jumat (21/2)
Tono mengaku saat ini para penarik becak sulit untuk mendapatkan penghasilan di atas Rp30 ribu. Bahkan uang yang didapatkan seharian harus disetorkan pada majikan sebagai sewa becaknya.
"Sudah 20 tahun lebih kami cari rejeki untuk keluarga, walaupun kecil kami harus tetap bertahan sebagai penarik becak," ujar Tono
Ditambahkan Jaka (36), ia mengaku terkadang harus berhemat dalam pengeluaran rumah tangga. Pasalnya penghasilan setiap hari antara Rp25 ribu hingga Rp30 ribu.
"Kami berharap ada kebijakan dari pemerintah yang berpihak pada para penarik becak, karena keberadaan kami sekarang kalah bersaing dengan ojek online, padahal kami memiliki keluarga yang perlu dinafkahi," ungkap Jaka
Sementara itu, Pengamat politik, Sutan Aji Nugraha menuding partai politik penguasa hanya EO (Event Organizer), sehingga meletakan nilai rakyat (kemanusiaan) sebagai objek politik.
"Mengapa demikian? Para kader yang sukses menjadi pejabat politik sulit mengimplementasikan kesejahteraan sesuai dengan cita-cita politik partainya, ya dengan alasan anggaran. Padahal politik itu pabrik hukum, jangan dibalik," kata Aji.
© Copyright 2024, All Rights Reserved