PBB mengirim 29 truk bantuan kemanusiaan dari gerbang perbatasan Cilvegozu (Bab al-Hawa) di provinsi Hatay selatan Turki ke provinsi Idlib Suriah pada hari Jumat (9/7). Namun demikian konvoi bantuan yang menjadi penyambung hidup jutaan pengungsi di sana bisa jadi yang terakhir.
Pasalnya, keberlanjutan pengiriman bantuan itu akan ditentukan hasil pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB pada hari Sabtu (10/7).
Ancaman terbesarnya datang dari Rusia yang sudah menyampaikan akan memveto pemberian ijin pengiriman bantuan melalui gerbang itu dan besar kemungkin veto Rusia itu akan didukung China. Kedua negara itu selema ini kukuh jadi penentang pengiriman bantuan kepada pengungsi Suriah di Idlib meski sikap merkeka diprotes oleh masyarakat internasional.
Idlib saat ini jadi zona aman bagi para pengungsi Suriah yang menentang Basar berdasarkan hasil kesepakatan antara Turki dan Rusia. Namun demikian kesepakatan gencatan senjata tersebut sering dilanggar oleh rezim Assad dan kelompok pendukungnya.
Kepala Bulan Sabit Merah Turki, Kerem Kinik , menyeru pada dunia internasional agar dalam kondisi apapun PBB tetap melanjutkan pengiriman bantuan buat 4 juta pengungsi Suriah yang saat ini sangat membutuhkannya.
"Adalah harapan kuat dari semua kemanusiaan bahwa Anggota Dewan Keamanan PBB akan mengutamakan kemanusiaan dan menghormati kehidupan dan martabat manusia akan menang." Kata Kerem dalan surat terbukanya yang dikutip Anadolu Agency, Sabtu (10/7).
"Bantuan kemanusiaan terakhir yang menyeberang ke Suriah harus tetap terkirim dengan segala cara untuk melindungi lebih dari 4 juta orang yang sangat membutuhkan," lanjut Kerem.
Dari sudut pandang Moskow, bantuan lintas batas PBB merusak kedaulatan rezim Bashar al-Assad, yang didukung Rusia.
Rusia telah menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan untuk mencegah perpanjangan tiga penyeberangan bantuan semacam itu.
© Copyright 2024, All Rights Reserved