Sektor Wisata selama ini menjadi motor penggerak perekonomian desa-desa di Kecamatan Sukabumi ,Kabupaten Sukabumi . Namun untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan warganya, pemerintah kecamatan yang berada di Wilayah Utara Kota Sukabumi ini giat mendorong inovasi di tingkat desa.
Diungkapkan Camat Sukabumi, Heri Sukarno, inovasi yang dilakukan disesuaikan dengan potensi desa masing-masing. Meski masih bergerak di sektor yang mendukung bisnis pariwisata, sebagian inovasi desa -desa diarahkan untuk pengembangan sektor lain.
"Setiap desa didorong untuk membuat inovasi baru. Alhamdulillah sudah ada yang nampak dari inovasi yang dibuatnya," ujarnya kepada Kantor Berita RMOLJabar, Senin (16/12)
Heri optimis, pada saatnya perekonomian desa-desa tersebut tak hanya di topang oleh sektor pariwisata saja, karena saat ini sudah mulai muncul potensi ekonomi di bidang lainnya. Disebut Heri, setidaknya ada enam desa yang inovasinya sudah berbuah hasil memuaskan.
Salah satunya, lanjut Heri adalah keberhasilan inovasi Bank Sampah oleh BUMDes Desa Karawang. Menurut Heri, melalui program sehingga sampah di masyarakat bisa berkurang dan permasalahan air bersih pun tertangani. "Sampah didaur ulang menjadi barang bernilai guna. Selain itu, sampah rumah tangga yang diserahkan ke Bank Sampah ditukar dengan pembayaran meteran air. Bahkan ada juga yang bisa membayar iuran listrik dari sampah tersebut," ucapnya.
Hal tersebut hampir sama dilakukan Desa Parungseah. Dalam hal ini, desa tersebut lebih memanfaatkan sampah untuk didaur ulang menjadi barang berharga. Hal itu mulai dari tas dan berbagai karya lainnya. "Hasil kerajinan dari daur ulang ini sudah diedarakan hingga ke luar daerah," ungkapnya.
Limbah pun menjadi inovasi Desa Warnasari untuk menjadi benda bernilai. Tak ayal, limbah kayu dan bambu diubah menjadi berbagai kerajinan tangan. Produk tersebut saat ini menjadi ciri khas desa tersebut. Bahkan menjadi produk unggulan di desanya. "Hasilnya, limbah kayu yang tidak terurus sekarang menjadi bernilai rupiah. Selain itu, limbah kayu yang berserakan sudah mulai tak terlihat," terangnya.
Hal berbeda dilakukan Desa Sudajaya Girang. Menurutnnya, desa tersebut lebih memanfaatkan penggunaan area tidak produktif. Pasalnya, daerah tersebut merupakan pemasok tanaman bunga. "Sebagian besar masyarakat Desa Sudajaya Girang ialah petani. Jadi coba diarahkan ke penggunaan lahan tidak produktif menjadi bernilai. Satu di antaranya dengan menanan tanaman hias dan pisang ambon khas Selabintana," paparnya.
Sementara itu, Desa Sukajaya memiliki inovasi tersendiri dalam membantu perekonomian masyarakatnya. Hal itu dengan membangun BUMDes yang menjual produk masyarakat. Termasuk membuat taman edukasi pertanian warga. "Hasilnya, masyarakat umum bisa belanja dan mudah menemukan produk produk warga yang dijual di BUMDes itu," jelasnya.
Lain hal dengan Desa Perbawati. Desa yang mengunggulkan sektor pariwisata dan pertanian itu tidak ingin meninggalkan ciri khasnya. Maka dari itu, dirinya tetap berinovasi di benang merah yang Namun sama. Namun kali ini lebih ke dalam pelestarian kampung budaya Sunda dan menata lahan pertanian masyarakat. "Selain melestarikan budaya, juga meningkatkan taraf perekonomian warga," pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved