Kementerian Agama (Kemenag) resmi menjalankan skema murur saat puncak haji di Muzdalifah. Murur akan menyasar tiga kriteria jemaah haji.
Adpun ketiganya adalah jemaah haji lanjut usia (lansia), disabilitas dan terkahir yang memiliki risiko tinggi (risti) dan perlu pendampingan.
"Disepakati 25 persen, sekitar 52 ribu jemaah yang kita mururkan. Dan datanya alhamdulillah, sektor 7 di Jabar ini sudah lengkap, kita bisa jalankan secara baik," kata Stafsus Menteri Agama, Nuruzzaman di Makkah, Rabu (12/6).
Nuruzzaman lantas menjelaskan alasan 25 persen atau sekitar 52 ribu jemaah haji yang tidak akan mabit atau bermalam di Muzdalifah itu. Selain kekuatan Muzdalifah berkurang 2 hektare, jemaah haji Indonesia pun sudah tidak ada lagi di Mazadin, dan ada penambahan kuota sekitar 10 ribu jemaah.
Oleh karenanya, Nuruzzaman menyebut, skema murur diterapkan sebagai ikhtiar menjaga keselamatan jiwa jemaah haji atas potensi kepadatan di tengah terbatasnya area Muzdalifah.
"Jadi setelah kita hitung, space untuk jemaah itu hanya 29 cm per jamaah, maka ini kita menduga akan ada masalah yang cukup serius bagi jemaah. Untuk menjaga keselamatan, maka kita skema kan murur dan juga kita mintakan fatwa agamanya dari seluruh ormas Islam," jelasnya.
"Dari MUI dan juga salah satu dewan Muhammadiyah menyatakan bahwa wajib murur itu untuk menjaga kesehatan nyawa daripada jemaah haji," lanjutnya.
Nuruzzaman memastikan, sejauh ini persiapan murur sudah dilaksanakan. Mulai dari pendorongan jemaah haji dari Makkah hotel masing-masing dengan tiga trip juga sudah disiapkan.
Termasuk soal makanan hingga transportasi. Dia menyebut, tidak boleh ada kendaraan yang masuk hingga dilarang melakukan aktivitas, selain sholat.
"Jadi kita sudah siapkan semuanya, dan kita minta doa dan dukungan dari semua pihak, terutama rakyat umat Islam di Indonesia agar jemaah haji Indonesia dan pelaksana haji 2024 ini berjalan secara baik dan sukses, dan hajinya mabrur semua," tuturnya.
Terkait skema transportasi saat murur, Nuruzzaman mengatakan nantinya akan disiapkan sebanyak 21 bis di setiap maktab.
"Dan nanti murur itu dilakukan di Arafah, dari Arafah akan digeser, 4 bis diberikan untuk yang melakukan murur, dan 6 bis diberikan pada jemaah haji reguler," imbuhnya.
Nuruzzaman mengatakan, untuk jemaah haji murur akan langsung melewati Muzdalifah menuju ke Mina, dan jemaah haji reguler akan berhenti di Muzdalifah untuk Mabit.
"Itu dilakukan sejak pukul 19.00, akan langsung didorong dari Arafah ke Muzdalifah," ujarnya.
Nantinya, 6 bis yang disiapkan untuk jemaah haji reguler ini akan pulang pergi mengangkut jemaah.
"Kemudian juga ada pintu keluar yang akan mendorong jemaah reguler dari Muzdalifah ini ke Mina. Tapi, jemaah murur sudah siap di Mina dengan petugas yang standby di Mina karena jam 4 sore itu petugas yang di Arafah itu sudah bergeser ke Mina dan Muzdalifah," terangnya.
Terkait catering atau makanan, Nuruzzaman memastikan semuanya telah disiapkan. Mulai dari masak ditempat hingga menyiapkan makanan siap saji.
"Di Muzdalifah tidak ada hanya ada snack berat, tetapi di Mina sudah disiapkan masak di tempat, dan sudah disiapkan disana oleh maktab masing-masing, makanannya akan dibagi seperti apa," katanya.
"Tapi ada beberapa hari yang tidak mendapatkan makanan oleh Maktab, maka kemudian Panitia PPIH menyiapkan siap saji yang sudah disiapkan di hotel-hotel, tanggal 8 dan 12 dzulhijjah," tambahnya.
Adapun untuk tim pendamping murur, nantinya saudara atau kloter dari sektor yang ditugaskan untuk membantu jemaah haji lansia yang butuh pendorongan yang menggunakan kursi roda.
"Dan Insya Allah kalau murur ini sukses tidak akan ada lagi kursi roda yang di Muzdalifah, karena akan sulit sekali, karena pasir yang mendorongnya harus diangkat, imbuhnya.
"Mudah-mudahan ini sukses, kita berdoa semua agar terlaksana dengan baik dan jamaah haji kita mabrur semua," tandasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved