SEJARAH dan pengalaman panjang serta berbagai fakta telah menunjukan bahwa gelombang krisis pangan dan bahaya kelaparan senantiasa membayangi masyarakat dunia dari waktu ke waktu. Ledakan jumlah penduduk semakin memicu meningkatnya kebutuhan pangan masyarakat dunia.
Problematika kegagalan produksi pangan akibat perubahan iklim global dan masih relative rendahnya komitmen pemerintah dalam investasi, produksi, dan distribusi menjadi kendala dalam memenuhi kebutuhan pangan.
Lebih dari itu, lemahnya pengembangan kapasitas pelaku produksi pangan telah menyebabkan ketidakstabilan jaminan atas ketersediaan pangan bagi masyarakat.
Selain itu juga kita dihadapkan pada disrupsi dan hantaman terhadap sistem pangan global demikian dahsyat. Banyak produsen pangan dilanda kekeringan sehingga harga jagung dan kedelai mulai beranjak naik. Terlebih lagi setelah terjadinya invasi Rusia ke Ukraina, kenaikan harga pangan tidak dapat dihindari.
Di Indoneisa sendiri ujar Sri Mulyani sebagai menteri keuangan Indonesia mengatakan bahwa harga pangan di Indonesia melonjak hampir 13 persen pada bulan Maret 2022. Dan angka tersebut merupakan angka tertinggi baru dan kemungkinan akan naik lebih jauh 20 persen pada akhir 2022.
Terkait krisis pangan dunia, Food and Agriculture Organization (FAO) mencatat bahwa jumlah kasus kekurangan pangan dan kelaparan sepanjang tahun 2009 paling tinggi sejak tahun 1970-an. Situasi untuk tahun-tahun selanjutnya tampaknya tidak jauh berubah. Diperkirkan setidaknya 1,02 miliar jiwa dan seluruh dunia mengalami kekurangan pangan dan kelaparan.
Beberapa kali diselanggarakannya perhelatan The World Summit on Food Security atas prakarsa FAO yang berupaya mencari solusi krisis pangan dunia, belum banyak kemajuan nyata yang dicapai. Masih sulit untuk merumuskan kesepakatan dan komitmen kuat bagi bantuan internasional, baik negara-negara maju maupun lembaga internasional untuk menanggulangi krisis pangan dunia.
Menurut UN Population Fund (2000) memprediksi pada tahun 2050 nanti, akan ada tambahan sekitar 2,32 milyar jiwa yang tersebar di seluruh duia yang harus dipenuhi kebutuhan pangannya di bawah tekanan ancaman perubahan iklim yang semakin berat.
Jumlah ini akan terus meningka dari tahun ke tahun. Sementara lahan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang ada bukan bertambah melainkan terus berkurang karena terjadinya alih fungsi lahan yang menjadi infrastruktur perumahan, industry. Jalan, dan lainnya.
Gentingnya krisis pangan dunia ini telah banyak disuarakan oleh berbagai tokoh dunia. maka pada awal bulan April 2008 dalam Spring Meeting IMF-World Bank, Robert Zoellick sebagai Kepala Bank Dunia, memperingatkan bahwa sekitar 100 juta orang yang saat ini sudah miskin akan menjadi bertambah miskin karena melonjaknya harga pangan dunia.
Atas dasar peringatan Zoellick ini, Bank Dunia, melalui steering committeenya yang terdiri dari para menteri keuangan dan pembangunan dunia, telah meluncurkan suatu program mengatasi krisis New Deal untuk mendorong peningkatan produksi pertanian dalam jangka panjang.
Selain itu, Kepala IMF, Dominique Strauss Kahn, memperingatkan bahwa nanti dunia akan dilanda kelaparan masal jika harga pangan terus meningkat. Kahn juga menunjukan pada pengalaman historis masa lalu, ketika setiap krisis pangan telah mengakibatkan terjadinya pertikaian sosial dan bahkan peperangan.
Keprihatinan Kahn didasari atas petimbangan bahwa sekitar 60 % dari belanja rumah tangga penduduk pendapatan rendah terdiri dari pengeluaran untuk pangan. Kepala IMF ini melanjutkan bahwa krisis pangan juga akan berakibat pada terjadinya kesenjangan perdagangan antar-negara yang tidak hanya terbatas pada negara-negara yang sedang dalam proses pembangunan, tetapi juga akan mempengaruhi negara-negara yang telah maju.
Bahkan Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown, telah menyelenggarakan pertemuan para pakar dalam bidang pangan untuk menyarankan cara-cara alternatif untuk mengatasi terjadinya krisis pangan.
Gordon Brown mengatakan bahwa Inggris akan menyediakan tambahan dana bantuan sebesar USD 900 juta dolar dan menyatakan bahwa Inggris akan meninjau kembali kebijakan penggunaan pangan untuk menghasilkan bio-fuel.
Brown melanjutkan bahwa kenaikan harga pangan ini telah mengancam kesejahteraan dunia dan bahwa krisis pangan ini akan mementahkan hasil-hasil yang selama ini telah dicapai oleh usaha untuk mengurangi tingkat kemiskinan penduduk dunia.
Pada pertemuan tahunan ADB di Madrid hari Minggu tanggal 4 Mei, 2008, Menteri Keuangan Jepang, Fukushiro Nukaga mengatakan bahwa melonjaknya harga pangan akan menciptakan kerusuhan sosial di antara penduduk miskin dunia.
Ada beberapa hal yang pernah terjadi ketika dunia dilanda oleh krisis pangan, pada tahun 2008 misalnya, bagaimana krisis pangan telah memantik terjadinya kekerasan di Pantai Gading, 24 orang mati dalam huru-hara di Kamerun dan jatuhnya pemerintah Haiti. Krisis pangan di 2011 menciptakan revolusi politik di tanah Jazirah Arab. Rezim Ben Ali di Tunisia, Husni Mubarak di Mesir, dan Qadhafi di Libya. Negara-negara tersebut jatuh karena menggantungkan 90 % kebutuhan pangan mereka pada negara importir.
Sedangkan untuk konteks Indonesia sendiri, sebagai salah satu dari 7 negara penyumbang kelaparan terbanyak di dunia telah dikategorikan ke dalam kategori serius dalam Global Hunger Index. Tentu saja angka kelaparan yang tinggi tersebut juga disebabkan oleh tingginya angka kemiskinan di Indonesia.
Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2011 mencatat angka kemiskinan di Indonesia mencapai lebih dari 31 juta orang. Jumlah ini diprediksi akan terus meningkat pada tahun 2012 akibat krisis keuangan dunia. Tingginya angka kemiskinan berbanding lurus dengan potensi orang kelaparan karena seseorang menderita kelaparan tentu disebabkan karena faktor kemiskinan.
Minimnya ketersediaan pangan dan tingginya angka kemiskinan, ini akan membuat kelaparan yang berimplikasi pada konflik sektoral. Karena deficit akan berakibat pada kelangkahan barang dan meningkatnya harga, yang kemudian membuat masyarakat miskin sulit untuk menggapai barang tersebut, yang pada akhirnya ini akan menimbulkan konflik atau bahkan kerusuhan di masyarakat.
Penulis adalah Peserta LK3 Badko HMI Jabar
© Copyright 2024, All Rights Reserved