BEGITU ramainya media sosial tanah air akhir-akhir ini, berbicara soal Isu Uyghur di Provinsi Xinjiang yang diduga mendapatkan perlakuan tak manusiawi oleh Pemerintah China.
Hal serupa juga terjadi di dunia Internasional, permasalahan ini direspon banyak pihak darimulai yang mengecam hingga mendukung kebijakan Pemerintah China.
Menyikapi hal ini tentunya tak bisa hanya dari sudut pandang satu pihak saja, khususnya bagi Indonesia.
Sebagai Negara yang sejak awal berdiri selalu memposisikan diri tak berpihak, harus mampu menjadi penengah tanpa memperlihatkan keberpihakan pada salah satu pihak saja.
Kita tahu betul, bahwa sejak cukup lama terjadi persaingan antara Negara Barat, khususnya Amerika dengan China. Oleh karena itu, tak menutup kemungkinan bahwa Amerika dan Sekutunya menggunakan isu Uyghur sebagai bahan untuk merusak citra China di mata Internasional.
Akan tetapi, apakah hal itu lantas dijadikan alasan kita membenarkan sikap Pemerintah China bahkan membuat kita mendukung langkah mereka? Tentu saja tidak.
Masalah yang dihadapi Etnis Uyghur di Xinjiang sudah terjadi cukup lama. Sebagai penduduk asli, mereka mungkin saja merasa tersisihkan oleh Suku Han yang sejak lama bermigrasi besar besaran ke Xinjiang sehingga membuat mereka tak mampu bersaing, khususnya dalam hal ekonomi.
Fakta bahwa tak sedikit etnis Uyghur yang berada dalam kemiskinan tak bisa dibantah begitu saja. Hal ini mungkin menjadi salah satu faktor yang membuat mereka melakukan kekerasan hingga pemberontakan terhadap Pemerintahan China.
Kompleksitas masalah di Xinjiang tak bisa disederhanakan begitu saja. Apalagi jika kemudian kita hanya melihat apa yang terjadi saat ini, tanpa menganalisa latar belakang dibalik itu semua.
Aksi kekerasan hingga terorisme yang dilakukan etnis Uyghur tentu tak boleh dibenarkan, namun langkah yang dilakukan Pemerintah China yang faktanya saat ini tak memberikan solusi positif bagi etnis Uyghur juga tak bisa didiamkan.
Sekali lagi, kita ketahui bersama bahwa isu ini memang tak sederhana. Narasi yang dikeluarkan secara berlebihan oleh Amerika dkk membuktikan bahwa ada kepentingan geopolitik disana.
Namun masalah perlakuan Pemerintah China terhadap etnis Uyghur juga tak bisa dibantah begitu saja.
Oleh karenanya, Pemerintahan Indonesia perlu juga secara tegas melakukan upaya agar permasalahan ini bisa selesai dengan baik. Tanpa masuk dalam pusaran kepentingan Geopolitik Amerika dkk, namun juga tak terlihat berpihak pada China maka langkah diplomatis harus terus dilakukan dengan memberikan saran serta masukan agar Pemerintah China memperbaiki kebijakan mereka terhadap etnis Uyghur.
Sehingga di masa mendatang, Muslim Uyghur di Xinjiang memperoleh perlakuan yang lebih manusiawi.
Terakhir, bagi teman-teman yang memang tak paham betul peta masalahnya saya kira lebih baik berdiam diri saja, baik yang mengecam ataupun yang mendukung langkah Pemerintah China.
Bersimpati tentu wajib kita lakukan pada etnis Uyghur, apalagi sebagai sesama Muslim tentunya. Namun tak lantas membuat kita larut dalam perdebatan yang sesungguhnya tak memberikan dampak positif bagi mereka.
Kalau masih mau berdebat, apalagi dengan referensi "Katanya" saya sarankan sambil menikmati secangkir kopi diselingi bacaan Majalah Bobo saja, jika itu masih ada.
Penulis: Hamzah Zaelani Mar'ie
Magister Pertahanan, Prodi Peperangan Asimetris Universitas Pertahanan
© Copyright 2024, All Rights Reserved