Ridwan Kamil diprediksi bisa menghambat atau menggerus dukungan publik kepada Prabowo Subianto dan Anies Baswedan di Jawa Barat.
- 70 Persen Komoditas di Pasar Kiaracondong Naik, Pemprov Jabar Siapkan Pasar Murah Hingga BTT
- Tekan Inflasi Jelang Lebaran 2023, Jabar Siapkan Operasi Pasar Murah Ramadan
- Masih Gratis, Ini Jadwal Kunjungan Galeri Rasulullah di Masjid Al Jabbar
Baca Juga
Hal tersebut akan terjadi jika Gubernur Jawa Barat itu maju sebagai calon wakil presiden atau menjadi juru kampanye untuk calon presiden di luar Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
Begitu analisis yang dipaparkan pendiri SMRC, Saiful Mujani yang dipresentasikan melalui program ‘Bedah Politik bersama Saiful Mujani’ episode ”Ridwan Kamil dan Calon Presiden Golkar” di kanal YouTube SMRC TV, Kamis (26/1).
Masuknya RK begitu sapaan Ridwan Kamil ke Partai Golkar merupakan pilihan yang masuk akal. Mengingat, partai berlambang pohon beringin itu merupakan partai besar yang juga pernah berjaya di Jawa Barat.
"Di Jawa Barat, partai ini memiliki sejarah kesuksesan," ujar Saiful, dalam keterangan tertulisnya.
Menurutnya, bergabungnya RK bisa membantu Partai Golkar dalam menghadapi Pileg maupun Pilpres. Akan tetapi, publik saat ini masih mempertanyakan kemungkinan RK untuk maju sebagai capres.
"Dilihat dari pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan, Ridwan Kamil menyatakan bahwa dia tahu diri," katanya.
Pernyataan RK tersebut lanjut Saiful merupakan salah satu sikap bahwa mantan Wali Kota Bandung itu akan mengikuti segala keputusan yang ditetapkan oleh Partai Golkar.
Jika menoleh ke belakang, pada pilpres tahun 2014 Partai Golkar di bawah kepemimpinan Aburizal Bakrie cukup rasional dalam menentukan capres. Padahal bisa saja Partai Golkar untuk mengusung Aburizal Bakrie, apalagi pada saat itu Golkar sebagai partai terbesar kedua setelah PDI Perjuangan.
"Tidak mudah waktu itu bagi Aburizal untuk memenangkan pemilihan presiden. Karena itu dia tidak maju. Itu adalah keputusan yang rasional," ucap Saiful.
Begitu juga di pilpres 2019, Airlangga Hartarto yang juga sebagai Ketua Umum Partai Golkar memilih untuk tidak maju sebagai capres, tapi bergabung mendukung Jokowi. Hal itu adalah perhitungan rasional.
Dari data SMRC sendiri, survei yang dilakukan pada bulan Desember 2021, dukungan pada Prabowo di Jabar sangat tinggi, 34,5 persen, sementara Ganjar hanya 13,8 persen, Anies 16 persen, dan Ridwan Kamil 17,4 persen
Satu tahun kemudian, Desember 2022, suara Prabowo menjadi 20,8 persen, Ganjar, 16,1 persen, Anies 22,5 persen, dan Ridwan Kamil 20,2 persen. Suara Anies, Prabowo, dan Ridwan Kamil seimbang karena selisihnya tidak signifikan secara statistik.
Dengan begitu kata Saiful, menunjukan bahwa pemilih di Jabar terbelah. Sehingga, jika tiga tokoh ini bersaing, yaitu Prabowo, Anies maupun Ridwan Kamil tidak bisa memenangkan mayoritas suara di Jabar. Data tersebut menunjukan Jabar tidak solid pada satu tokoh. Ridwan Kamil tidak cukup dominan di Jawa Barat.
Jika Prabowo, Anies, Ridwan Kamil, dan Ganjar maju, di Jawa Barat, Saiful menyebut, RK tidak bisa menang. Namun Saiful memberi catatan bahwa Ridwan Kamil bisa menghambat suara Prabowo dan Anies di Jawa Barat.
"Jawa Barat terpecah (suaranya)," pungkasnya.
- Ridwan Kamil Mulai Nongkrong di 4 Besar Survei SMRC, Ungguli AHY dan Sandiaga
- Ganjar Pranowo Unggul di Survei SMRC, Prabowo dan Anies Mengekor
- SMRC: Jika Pemilu Diadakan Sekarang, PDIP dan Gerindra Bersaing Ketat di Jabar