Kenaikan BBM non subsidi jenis Pertamax pada 1 April kemarin dinilai memberikan pengaruh terhadap naiknya harga komoditas. Sebab, setelah Pertamax naik, keberadaan BBM subsidi jenis Pertalite terbilang sedikit tersedia di SPBU.
Pengamat Ekonomi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD), Setia Mulyawan menyebut, pemicu naiknya BBM dalam negeri dipicu harga minyak dunia. Terlebih, Indonesia bukan eskportir tetapi importir minyak mentah.
"Jadi produksi dalam negeri ini sekarang tidak cukup untuk menutup kebutuhan dalam negeri. Jadi kita setiap tahun harus mengimpor minyak. Begitu harga dunia mengalami kenaikan, otomatis harga dalam negeri menyesuaikan dengan kenaikan harga minyak dunia," terangnya, Rabu (6/4).
Lebih lanjut, Setia menjelaskan, kenaikan energi selalu berimbas pada banyak sektor terutama harga komoditas lain berkaitan dengan biaya transportasi maupun pengolahan. Meskipun konsumsi Pertamax nasional kurang lebih hanya 2 persen karena sebagian besar menggunakan Pertalite.
"Jadi akan terjadi kenaikan harga pada komoditas lain yang berkaitan dengan biaya transportasi maupun pengolahan. Itu pasti akan mengalami kenaikan. Pertalite belum dinaikan tetapi suplainya ke pasar terbatas," jelasnya.
Kendati begitu, ia menilai kenaikan Pertamax dan sulitnya suplai Pertalite menjadi bagian dari kampanye penggunaan BBM yang kadar octan rendah yang harus dikurangi sampai tahun 2035.
"Jadi momentum ini sepertinya sekalian dijadikan masa transisi untuk menarik BBM yang tidak memenuhi standar itu. Makanya sekarang yang dijual solar yang memenuhi standar supaya mengurangi kadar polusi udara," ujarnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved