Parpol Jangan Bergantung pada Figur, Perlu Pelembagaan Kharisma Kader

Ketua Prodi S3 SKSG Universitas Indonesia, Hanief Saha Ghafur/RMOLJabar
Ketua Prodi S3 SKSG Universitas Indonesia, Hanief Saha Ghafur/RMOLJabar

Keberlanjutan sebuah partai politik (parpol) sangat ditentukan dua hal penting, yakni ketangguhan dan ketahanan. Sehingga, perlu transformasi figur dan institusionalisasi atau pelembagaan kharisma kader agar keberlanjutan sebuah parpol bisa tetap terjaga.


Menurut Akademisi Universitas Indonesia, Hanief Saha Ghafur, parpol tak akan bisa berlanjut jika tidak memiliki ketahanan dan ketangguhan, baik internal maupun eksternal. Karenanya, dua hal tersebut penting menjadi perhatian parpol di tanah air.

"Ketangguhan itu terkait kemampuan meregenerasi, investasi jangka panjang melalui kader. Termasuk mempromosikan kepemimpinan partai kepada publik, itu penting," ujar Hanief di sela kegiatan Seminar Nasional bertajuk "Pelembagaan Partai dan Kepemimpinan Stragis Nasional" di Hotel Savoy Homann Bandung, Kamis (26/1).

Dikatakan Hanief, institusi parpol tanah air berbeda dengan Barat yang menjunjung tinggi ideologi. Sementara di Indonesia, parpol lebih mengedepankan sosok atau figur untuk menarik massa.

"Persoalannya transformasi ke depannya, keberlanjutan figur-figur. Artinya partai jangan bergantung kepada figur, kemudian menjadi declining akibat dari tidak mampu meregenerasi," kata dia.

Atas dasar itu, Hanief berpandangan institusionalisasi kharisma kader sangat penting dilakukan. Sehingga, parpol tidak hanya bergantung pada ketokohan seseorang atau figur tertentu yang tentunya memiliki kadaluarsa.

"Institusionalisasi bentuknya berupa sistem, diabadikan pemikirannya dalam bentuk ideologi. Itulah yang bisa memperkuat keberlanjutan kader partai ke depan," ujar Hanief.

Di tempat sama, Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto menerangkan, sebuah penelitian dengan pendekatan ilmiah juga menjadi hal penting agar partai bisa tetap bertahan.

Sebagai contoh, pihaknya melakukan penelitian dari kepemimpinan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri yang telah meletakkan berbagai aspek penting strategis dalam pelembagaan partai.

"Dari pengalaman empiris Ibu Megawati Soekarnoputri yang kami lakukan kajian secara ilmiah adalah bauran antara aspek pemimpin, ideologi, kultur, transformasi organisasi dan berjalannya fungsi-fungsi organisasi kepartaian yang ideal," kata Hasto.

Selain mampu membuat parpol bertahan dan tumbuh berkembang, Hasto menilai, penempatan pelembagaan partai dalam kerangka akademis juga dapat menjadi penunjuk arah masa depan bangsa dan negara.

"Fungsi partai tidak hanya rekrutmen, pendidikan politik, kaderisasi serta agregasi kepemimpinan rakyat menjadi kebijakan publik tetapi fungsi hubungan atau kerja sama internasional," tandasnya.