Rencana pembangunan ruas Jalan Poros Tengah yang menghubungkan Kecamatan Cilawu dan Banjarwangi diduga sarat kepentingan pejabat-pejabat di lingkungan Pemkab Garut.
Koordinator Konsorsium Penyelamatan Cikuray, Usep Ebit Mulyana mengatakan, berdasarkan data yang dihimpun dalam beberapa tahun terakhir, di sekitar kawasan yang akan dibangun jalan telah terjadi penguasaan lahan cukup luas. Penguasaan lahan tersebut dilakukan para pejabat di lingkungan Pemkab Garut dan sejumlah pengusaha.
“Kita curiga pembangunan jalan itu bukan semata-mata kepentingan transportasi masyarakat, kita khawatir nantinya masyarakat hanya akan jadi penonton saja, karena banyak lahan sudah dikuasai pejabat dan pengusaha,” jelas Ebit, Sabtu (29/2).
Ebit menuturkan, penguasaan lahan dalam jumlah cukup luas tersebut, bukan hanya sekadar untuk kepentingan pengembangan wisata dan pertanian. Ada indikasi, di lahan-lahan tersebut ada potensi pertambangan mineral emas.
Maka dari itu, Ebit menilai, sejak awal proses pembangunan jalan tersebut terkesan terburu-buru dan banyak hal yang ditutup-tutupi dalam proses pengerjaannya. Karenanya, wajar jika saat ini banyak pihak makin curiga.
“Rute jalan yang saat ini dibuka saja, tidak sesuai dengan rute yang di survey, makanya saat ini timbul pro kontra di masyarakat,” kata dia.
Menurutnya, perubahan rute cenderung mendekati lahan-lahan yang saat ini dikuasai pejabat Pemkab Garut. Padahal, status lahan tersebut sebenarnya masih belum ada kejelasan, hingga dikhawatirkan akan memicu konflik agraria ke depannya.
Ebit menyebut, pada 3 Maret mendatang, para pegiat lingkungan akan melakukan aksi turun ke jalan untuk menuntut Pemkab Garut menghentikan pembangunan jalan tersebut secara permanen. Aksi tersebut akan diikuti ratusan pegiat lingkungan, dan bukan hanya dari Garut.
“Ada 100 lebih lembaga yang sudah konfirmasi akan ikut aksi ini, mereka bukan hanya dari Garut. Ada yang dari Tasik, Bandung, Jakarta dan daerah lainnya,” katanya.
Ebit mengakui, ramainya pemberitaan mengenai pembangunan poros jalan tengah telah mengundang kepedulian banyak pihak, terutama para aktivis lingkungan yang langsung berkoordinasi dengannya dan menyatakan kesiapan untuk melakukan aksi unjuk rasa.
“Tuntutannya hentikan pembangunan jalannya secara permanen, bukan bersifat sementara seperti yang saat ini terjadi, baru kemarin berhenti, tapi di kawasan hutan sudah rusak parah,” tutupnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved