Sejak Maret 2020 Pemerintah Indonesia menetapkan pembelajaran daring untuk mencegah penyebaran virus corona. Meski memiliki sisi positif, namun negatifnya yaitu pembelajaran daring menjauhkan anak dari keluarga karena hanya fokus dengan gadgetnya.
- Kesal Miras Dilegalkan, Gde Siriana: Sekalian Saja DPR Legalkan Perjudian Dan Prostitusi
- Kiyai Kharismatis Cirebon Tentang Kebijakan Yang Mempermudah Investasi Bisnis Miras
- Jumat Pagi, Bupati Dan Wakil Bupati Karawang Terpilih Akan Dilantik Gubernur Secara Virtual
Baca Juga
Hal tersebut diungkapkan anggota DPRD Kabupaten Kuningan, Sri Laelasari asal Dapil I meliputi Kecamatan Kuningan, Cigugur, Garawangi, Sindangagung, Ciniru, dan Hantara, Rabu (27/1).
"Betul tidak ada sisi pembentukan karakter malah lebih menjauh dari sisi keluarga. Anak-anak pun lebih menjauh, mereka lebih condong menjadi generasi nunduk," tutur Sri Laelasari.
Dirinya mengkhawatirkan, ketika anak terlalu lama melakukan pembelajaran daring, tidak dapat mengenal lingkungan sekolah, apalagi sekolah bukan hanya tempat untuk belajar. Tetapi juga tempat untuk bersosialisaai dengan teman dan sahabat.
"Oleh karena itu, pembelajaran daring seolah-olah menjauhkan dari sisi kemanusiaan yakni jiwa sosial," ujarnya.
Sering kali ketika turun ke masyarakat, Sri menerima keluhan dari orang tua murid tentang kapan sekolah akan dibuka kembali.
Untuk itu pihaknya mengajak rekan-rekan di DPRD, khususnya di komisi 4 yang menangani pendidikan meminta ketegasan kepada pemerintah pusat terkait pembalajaran daring.
"Di sisi lain, negatifnya pembelajaran daring adalah tidak terkontrolnya anak-anak dalam memainkan gadgetnya, karena terkadang ada situs-situs yang berbahaya justru muncul ketika anak memainkan gadget atau bahkan lebih asik bermain game," pungkasnya.
- Mirasantika, No Way!
- Nama Baik Bugis-Makassar Dicoreng Nurdin Abdullah
- Legislator Gerindra Upayakan Solusi Jangka Panjang Untuk Atasi Banjir Karawang