Tuduhan terhadap China yang dianggap telah menekan kebebasan beragama etnis Uighur dibantah para pemimpin Muslim dari wilayah Xinjiang.
Mereka menyampaikan bantahan tersebut dalam acara jamuan makan malam bagi para diplomat dan media asing untuk merayakan Idul Fitri 1442 Hijriah
Presiden Asosiasi Islam Xinjiang, Abdureqip Tomurniyaz mengatakan, kekuatan-kekuatan anti-China di Amerika Serikat (AS), dan negara-negara barat lainnya sengaja menyebarkan rumor serta kebohongan.
Padahal, kata dia, China telah memberantas tempat berkembang biaknya ekstremisme dengan meningkatkan mata pencaharian, mengajari orang-orang tentang hukum dan mendirikan pusat-pusat pelatihan dan pendidikan kejuruan.
"Sejumlah analis asing mengatakan pusat-pusat itu adalah bagian dari sistem penahanan yang telah memenjarakan sekitar satu juta orang atau lebih," terang Abdureqip, dikutip AFP, Kamis (13/5).
“Mereka ingin menyabotase keharmonisan dan stabilitas Xinjiang, menahan kebangkitan China dan merenggangkan hubungan China dengan negara-negara Islam," imbuhnya.
Menurutnya, AS telah menutup mata terhadap pelanggaran HAM yang dilakukannya sendiri. Buktinya, AS terlibat dalam konflik di Irak, Afghanistan dan negara-negara Muslim lainnya, termasuk diskriminasi anti-Muslim di dalam negeri.
Sementara Imam Masjid Id Kah di Kota Kashgar, Mamat Juma mengungkapkan, semua kelompok etnis di Xinjiang mendukung langkah-langkah yang diambil pemerintah untuk memerangi terorisme.
"Orang-orang berterima kasih kepada Partai Komunis yang berkuasa karena telah memulihkan stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi,"
© Copyright 2024, All Rights Reserved