Ucapan selamat milad atau ulang tahun Pendeta Gilbert Lumoindong kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan langsung memancing kehebohan publik.
Ucapan selamat ulang tahun itu sendiri disertai doa Kristiani yang tulus penuh sukacita dan sepenuh hati, sebagaimana doa-doa yang dipanjatkan kaum Nasrani kepada siapapun tanpa memandang perbedaan status sosial apapun.
Tetapi rupanya suara kedengkian bernuansa kebencian justru meluncur dari mereka yang sering menyebut dirinya kaum toleran dan pelaku agama yang semestinya penuh kasih.
Mereka malah tampak seperti sedang 'kemasukan roh jahat' ketika doa kebaikan dari seorang pendeta senior yang dihormati umat dan para tokoh masyarakat nasional maupun internasional malah dihujati oleh cemoohan yang sangat tidak patut.
Apakah Pendeta Gilbert harus mendoakan orang dengan bahasa yang berlawanan dengan kasih Tuhan Yesus? Justru mengapa di saat Pendeta Gilbert menunjukan sebuah kekuatan toleransi dan pengakuan atas kerja keras seorang pejabat negara bernama gubernur DKI harus dicela dan dianiaya doanya.
Bagi siapapun, doa agama adalah sakral dan sangat berdosa bila diintervensi oleh kebencian politik apalagi bernuansa SARA.
Rudi S. Kamri dan kawan-kawannya harus menghayati dahulu antara doa dan pernyataan politik. Jangan campur aduk seperti minyak dan air yang tak sama fungsinya.
Adalah naif sekaligus menyedihkan ketika menstigma seseorang berpolitik identitas sementara justru yang muncul model intoleransi versi penggaung paling toleransi itu.
Padahal kehadiran kelompok yang tidak dapat menerima kenyataan ketika seseorang berkomunikasi dengan tertuduh intoleran itulah yang layak distempel intoleran. Apalagi hanya dalam bentuk doa.
Jadi Pendeta Gilbert Lumoindong telah menunjukan jati dirinya sebagai bagian spiritual bangsa, bukan membangun perpecahan dan permusuhan terus menerus.
Musuh yang berbuat benar adalah jauh lebih berarti dari kawan yang berbuat keliru apalagi memelihara dendam belaka.
Pendeta Gilbert Lumoindong terbukti tegak lurus dengan toleransi sebagai wujud nyata kerangka kedamaian dan kerukunan sesama anak bangsa, bukan karena ada kepentingan politik pribadi apalagi merendahkan derajat gerejanya yang dimuliakan dan ini rupanya masih menjadi sesuatu yang asing bagi jenis buzzerp dan kelompok toleran bodong itu.
Penulis adalah pemerhati sosial politik
© Copyright 2024, All Rights Reserved