RMOLJabar. Pencegahan terhadap gangguan kesehatan masyarakat yang disebabkan penyakit Tuberkulosis (TB) harus dilakukan secara dini dan massif. Pemda Kota Cirebon berkomitmen untuk mendukung gerakan pencegahan dan penanggulangan penyakit TB.
"Jika tidak, maka berpotensi menjadi penyakit yang berbahaya dan bisa mengganggu produktivitas masyarakat," kata Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Agus Mulyadi usai pencanangan Gerakan Masyarakat (Germas) Hari Tuberkulosis (TB) se-Dunia di Taman Air Goa Sunyaragi Kota Cirebon, Jumat (12/4).
"Berdasarkan informasi, penyakit TB ini bersifat endemik," sambung Agus.
Agus meminta seluruh stakeholder bersama instansi terkait melakukan penanggulangan secara massif dan menyeluruh serta terkoordinasi.
Agus menyebutkan, melalui Dinas Kesehatan, Pemda Kota Cirebon sangat mendukung pemberantasan penyakit tersebut.
Selain itu, Agus sangat berharap, masyarakat di Kota Cirebon tidak bosan untuk selalu menjalankan pola hidup sehat. Karena dengan pola hidup sehat, penularan penyakit TB bisa dicegah.
"Jika menemukan, segera obati hingga tuntas dan sembuh," ungkap Agus.
Apabila tidak sembuh, maka ada kemungkinan menjadi resisten. Jika itu sudah terjadi maka akan mengeluarkan biaya yang lebih besar lagi.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cirebon, Edy Sugiarto mengungkapkan, Pemda Kota Cirebon melalui Dinkes sudah memiliki rencana aksi daerah yang terstruktur dan sistematis untuk pencegahan TB tersebut.
"Bahkan Dinkes Kota Cirebon terbaik ke tiga dalam rencana aksi daerah ini di Jawa barat," ungkap Edy.
Permasalahan TB, lanjut Edy, harus dipecahkan bersama-sama dengan seluruh lapisan masyarakat.
Dikatakan Edy, pihaknya juga mendeteksi langsung ke lingkungan masyarakat. Jika ditemukan ada yang terkena penyakit TB, akan segera diobati hingga sembuh. Tahun lalu di Kota Cirebon terdapat 1.392 kasus TB baru dan 39 diantaranya resisten.
Oleh karena itu, lanjut Edy, Dinkes akan berupaya untuk terus menemukan penyakit ini di tengah-tengah masyarakat, menyembuhkan mereka, melakukan upaya preventif agar tidak tertular, serta memproteksi masyarakat agar tidak terjadi penyebaran yang cepat terhadap penyakit ini.
Di pihak lain, Koordinator Provinsi untuk KNVC Tiberculosis Foundation Perwakilan Jawa Barat, Joko Siswanto, menyebutkan, berdasarkan data, Indonesia menempati posisi ketiga untuk penyebaran dan penderita penyakit TB ini. Jumlahnya mencapai 842 ribu yang ditemukan setiap tahunnya.
"Namun yang terlapor baru sekitar 53 persen saja. Jadi masih ada pekerjaan rumah kita," ungkap Joko.
Dijelaskan Joko, penyakit TB ini menyebar dan menular melalui udara. Dengan kondisi lingkungan yang kurang baik, daerah yang padat dan kumuh, TB bisa berkembang dengan cepat.
"Kondisi ini diperparah dengan etika batuk yang belum diterapkan dengan baik," ungkap Joko.
Rencananya, tahun ini mereka akan mendatangi pesantren, LP maupun Rutan serta barak-barak TNI untuk pencegahan penyakit TB. Ini diperlukan, karena adanya orang banyak yang berkumpul dalam satu ruangan ditambah kondisi lingkungan yang kurang baik akan mempercepat penyebaran penyakit ini. Ditargetkan pada 2030 mendatang Indonesia mencapai eleminasi TB dan 2050 Indonesia bebas dari TB. [gan]
© Copyright 2024, All Rights Reserved