ONDEL-ondel merupakan satu di antara sekian banyak mahakarya kebudayaan Nusantara sangat layak diajukan ke UNESCO untuk masuk ke dalam daftar Warisan Kebudayaan Dunia kebanggaan bangsa Indonesia.
Renaisan
Saya terharu dan bangga di tengah banjir kebudayaan asing melanda persada Nusantara terbukti ondel-ondel bukan pasrah menyerah namun mulai menggeliat demi melakukan renaisan alias kebangkitan kembali.
Ondel-ondel bukan hanya tampil sebagai ikon kebudayaan Betawi pada berbagai peristiwa kebudayaan formal, namun juga nyaris setiap hari joget di berbagai pusat keramaian masyarakat berkumpul di kota Jakarta.
Bahkan bermunculan lembaga swadaya masyarakat giat mengorganisir para pengamen ondel-ondel sebagai bagian perhelatan ekonomi kreatif mendukung industri pariwisata merangkap industri hiburan sekaligus sumber nafkah bagi rakyat.
Namun selazim kegiatan kebudayaan apa pun yang berhasil memasyarakat maka para pengamen ondel-ondel mustahil lepas dari tanggung jawab sosial terhadap kepentingan masyarakat dalam arti seluas dan selengkap mungkin.
Reaksi Negatif
Di tengah semarak euforia kultural timbul pula dampak tidak terlalu menggembirakan. Mulai timbul reaksi negatif terhadap kebangkitan kembali ondel-ondel dari pihak masyarakat.
Ada yang merasa terganggu akibat suara musik pengiring Ondel Ondel memang tergolong nyaring maka rawan cenderung berisik bagi yang terbiasa dengan suara musik lembut.
Ada yang merasa kenyaman diri terusik akibat para pengamen Ondel Ondel merajalela ke sana ke mari secara terkesan liar maka tidak tertib.
Kerap terjadi kemacetan lalu lintas akibat aksi pengamenan ondel-ondel melenggang di jalan raya. Ada pula yang protes ketegaan hati para juragan memperkerjakan anak-anak di bawah umur yang secara ragawi belum layak untuk membopong boneka ondel-ondel yang berukuran cukup besar dan berbobot cukup berat sehingga jelas melanggar peraturan ketenagakerjaan plus melanggar asas kemanusiaan adil dan beradab terhadap anak-anak.
Penataan
Merupakan tugas bagi dinas kebudayaan pemerintah provinsi DKI Jakarta bukan melarang, namun menata daya ondel-ondel sebagai mahakarya kebudayaan Nusantara merangkap daya ekonomi kreatif mendukung industri pariwisata agar tidak diejawantahkan secara melanggar tata tertib umum, kenyamanan masyarakat, peraturan ketenagakerjaan serta kemanusiaan yang adil dan beradab terhadap anak-anak yang lebih layak rajin bersekolah ketimbang sibuk mencari nafkah melalui profesi pengamen ondel-ondel.
Seyogianya falsafah Jawa Ngono Yo Ngono Ning Ojo Ngono diterapkan pada upaya tatalaksana daya ondel-ondel sebagai mahakarya kebudayaan Betawi nan tiada dua di planet bumi sesuai ajakan dendang ria Benyamin Sueb: Nyok, kite nonton ondel-ondel. Nyok, kite ngarak ondel-ondel. Plak gumbang gumplak plak plak. Gendang nyaring ditepak. Yang ngiringin nandak. Pade surak-surak.[***]
Penulis: Jaya Suprana, Meyakini Keanekaragaman Mahakarya Nusantara Tiada Bandingan Di Marcapada Ini
© Copyright 2024, All Rights Reserved