Pemberhentian ataupun pergantian pejabat di Kementerian merupakan ranah internal yang tidak harus menjadi konsumsi publik. Namun, pemberhentian bisa menjadi polemik karena tidak adanya komunikasi yang baik di internal Kementerian.
Hal tersebut dikatakan Ketua Umum Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Jefri Gultom merespons polemik pencopotan Dirjen Bimas Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha.
"Kami menilai tidak terjalin komunikasi yang baik sehingga pencopotan ini kemudian menjadi polemik di tengah masyarakat," kata Jefri, diwartakan Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (24/12).
Salah satu Direktorat Jenderal yang dicopot di lingkungan Kementerian Agama, adalah Dirjen Bimas Kristen, Prof. Thomas Pentury. Dalam pandangan Jefri, pemberhentian sekelas jabatan Dirjen harus jelas alasannya.
"Walaupun Prof. Thomas Pentury adalah Senior GMKI, kami berupaya untuk tidak terprovokasi dan masih menunggu alasan yang tepat dan rasional dari Gus Menteri," lanjut Jefri.
Selama menjabat sebagai Dirjen Bimas Kristen, menurut Jefri, Thomas Pentury telah memberikan kinerja baik.
Ia mencatat, beberapa hal yang sudah dilakukan Thomas di antaranya, meningkatkan status sejumlah kampus negeri Kristen dari Sekolah Tinggi menjadi Institut, bahkan beberapa tengah proses menjadi Universitas.
Selain itu, selama menjabat Dirjen Thomas aktif mendorong program moderasi beragama di berbagai daerah. Karenanya, Jefri berharap ada penjelasan lugas dari Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.
"Bagaimanapun, hanya sedikit kader GMKI yang bisa terpilih menjadi Dirjen di kementerian/lembaga, sehingga isu ini sangat sensitif di internal kami," jelasnya.
Jika memang tidak ingin mempublikasikan, Jefri menyarankan Yaqut segera mengumpulkan para tokoh agama, organisasi keagamaan, kemahasiswaan, dan kepemudaan dari lintas agama.
"Sehingga polemik ini tidak semakin membesar dan perwakilan masing-masing agama bisa mendengar langsung penjelasan dari Gus Menteri," pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved