Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil membantah terkait lambatnya penyerapan anggaran penanganan pandemi Covid-19 yang berasal dari pemberhentian proyek infrastruktur senilai Rp140 miliar.
Menurutnya, uang negara tidak bisa asal dikeluarkan. Harus melewati berbagai prosedur agar tidak menyalahi aturan.
“Kita itu posisi kas BTT ada di posisi Rp200 miliar. Sambil menunggu Rp 140 miliar masuk sebagai tabungan BTT, kita membelanjakan yang Rp200 miliar untuk keperluan apapun itu,” ucap Emil, sapaan akrabnya, saat conferensi pers secara daring dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Selasa (6/7).
“Di media, disebut lambat, saya kira tidak. Namanya uang negara kan harus ada proses. Tidak bisa main beli beli. Bahwa betul turunnya BTT harus ada pengajuan dari dinas terkait. Tapi, proses approvalnya sudah sangat pendek dan cepat,” tambahnya.
Emil mengatakan, salah satu prioritasnya saat ini adalah menyubsidi obat dan suplemen untuk pasien Covid-19. Khususnya, yang sedang menjalani isolasi mandiri.
"Sehingga krisis obat sudah kita kendalikan. Beberapa hari lalu saya, Pak Sekda, dan Kadinkes rapat dengan 10 perusahaan farmasi yang memproduksi obat. Jadi insya Allah obat obatan ini kita sempurnakan," ungkapnya.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen, Pemprov Jabar berkolaborasi dengan Kementerian BUMN dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pihaknya juga mendapat dukungan dari PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, dan Pertamina.
"Saya ucapkan terima kasih kita mendapat bantuan oksigen banyak sekali dari Krakatau Steel, dari Pertamina, dan dari Pusri. Jadi dari Sumatera pun kita kejar dalam perjalanan untuk menambal neraca oksigen," katanya.
"Urusan oksigen kita sudah me-manage lebih baik, Pemda Provinsi akan punya gudang oksigen, kota/kabupaten juga akan punya gudang oksigen sehingga nanti rumah sakit-rumah sakit bisa meminta gudang-gudang oksigen kota/kabupaten. Nanti provinsi akan mengatur suplai oksigen," tandasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved