SANDIAGA Uno akhirnya memilih untuk berkiprah politik di luar Partai Gerindra. Sebagian mengejutkan namun sebagian lagi sudah menganalisa. Bagi Gerindra tentu sebuah kehilangan kader yang baik, namun bagi sementara pengurus mungkin merasa nyaman atas kepergiannya.
Jejak reaksi beberapa elite Gerindra ketika angin perpindahan berhembus kala itu jelas menandakan adanya friksi 'halus' yang bagi Sandiaga tentu menjadi perhatian juga sedikit banyaknya.
Namun kematangan dan kedewasaan akan tempaan dunia politik telah membuat Sandiaga mahfum. Sandiaga tentu tak bisa menyenangkan semua pihak sekalipun dalam 'rumah' yang sama.
Politik as usual, tak ada kawan or lawan abadi. 'No free lunch' juga bagian motto para politikus secara rahasia umum. Namun pertanyaannya apakah Prabowo terpukul dengan keluarnya Sandiaga dari partainya karena kalangan internal pun mahfum dengan kedekatan sangat khusus divantara mereka. Sandiaga sering mengatakan Prabowo adalah mentor politiknya.
Beban Prabowo memang tak pernah kurang, silih berganti di panggung politik nasional, dihujat, dicaci hingga dikhianati seakan menu hidupnya atas nama politik berbangsa dan bernegara.
Ketahanan mentalnya kadang di luar batas prasangka manusia biasa. Bahkan dalam filosofi tertinggi dapat disebut Prabowo orang yang telah mampu 'megalahkan diri sendiri'. Sisi yang jarang ditemukan pada tokoh Indonesia saat ini.
Kemudian apa yang akan dikonsolidasikan oleh Sandiaga bila benar bergabung di Partai Persatuan Pembangunan alias PPP. Tentunya wacana pencapresan dirinya dan lirikan partai lain sebagai koalisi yang memungkinkan mencapai presidential threshold pada menit-menit terakhir. Dari sisi ini cukup pelik pula tampaknya, namun kemungkinan selalu tersedia di dunia politik.
Terkait bagaimana mengalirnya wacana ini dalam kehidupan politik Sandiaga hingga keputusannya yang cukup dramatis meninggalkan partai Gerindra, mungkin hanya dirinya dan Tuhan lah yang tahu persis.
Dalam hal perasaan, Sandiaga dan Probowo memiliki persamaan tertentu. Keduanya terkesan kuat dalam menjaga perasaan orang lain. Disakiti bukanlah bahan untuk balas menyakiti.
Langkah baru telah diambil Sandiaga dengan satu tujuan mendasar, berbakti bagi bangsanya selagi masih bisa dan mendapat kesempatan itu. Harta lebih dari cukup telah dimilikinya, ketakwaan pada ajaran agamanya tak luput dari kehidupan sehari-harinya.
Sering berujar "semua ini adalah titipan Allah semata", ungkapan yang semakin meyakinkan para pendukungnya bahwa Sandiaga Uno pasti fokus menolong bangsanya sepenuh hati dan bukan dipakai untuk memperkaya dirinya atau keluarganya.
Jadi di tengah krisis kepemimpinan saat ini, rakyat Indonesia memiliki tambahan harapan baru hadirnya alternatif figur yang juga mumpuni dan tampaknya siap lahir bathin bernama lengkap Sandiaga Salahuddin Uno.
*Penulis adalah pemerhati sosial politik
© Copyright 2024, All Rights Reserved