Anggota Komisi 4 DPRD Kota Bogor dari Fraksi PAN, Achmad Rifki Alaydrus angkat bicara soal adanya oknum guru SMK di Kota Bogor melakukan kekerasan terhadap siswanya.
Menurut dia, seorang guru seharusnya memberikan pendidikan yang baik kepada siswa.
"Seharusnya, guru itu tidak melakukan hal-hal di luar batas kewajaran. Saya pikir salah, apabila seorang guru dalam mendidik siswa seperti itu, bukan berarti guru tersebut harus main tangan atau main kaki, walaupun anak didiknya melakukan kesalahan," ujar Rifki Alaydrus saat dikonfirmasi di gedung DPRD Kota Bogor, Rabu (7/9).
Rifki pun menegaskan, tindakan kekerasan atau tindakan tidak menyenangkan itu sudah masuk ranah pidana. Namun karena kasus ini terjadi di tingkat SMK dan pengawasan maupun kebijakannya tidak lagi di Pemerintah Kota Bogor, maka pihaknya akan mengkonfirmasi ke KCD (Kepala Cabang Dinas) Pendidikan Wilayah II Provinsi Jawa Barat atau KCD yang ada di wilayah Kota Bogor.
"Nanti saya coba sonding ke KCD terkait tindakan tidak menyenangkan yang dilakukan oknum guru di salah satu SMK Swasta di Kota Bogor ini," tegasnya.
Adanya kejadian seperti itu, ia pun menyayangkan, dan menurutnya seorang guru tidak perlu melakukan hal-hal kekerasan, baik itu keceplosan, kelepasan, khilaf dan lain sebagainya.
"Harusnya guru itu mendidik, memberi contoh yang baik. Apabila guru melakukan hal itu, otomatis anak pun akan mencontoh, entah itu diluar sekolah ataupun di dalam sekolah. Ini saya cukup menyesali ada perlakuan oknum guru seperti itu," sesalnya.
Ia berharap ke depan kejadian ini tidak kembali terjadi di Kota Bogor. "Saya atas nama Kota Bogor meminta maaf terhadap keluarga, terhadap siswa yang dilakukan tidak baik oleh oknum guru. Saya perwakilan Komisi 4 DPRD Kota Bogor meminta maaf, walaupun memang ini sebenarnya ranahnya guru yang meminta maaf, tapi ini kedepannya bisa menjadi warning sekolah-sekolah atau guru-guru yang lain agar memperlakukan siswanya itu dengan baik," jelasnya.
Tak lama kemudian, Rifki mengkonfirmasi KCD. Berikut isi pesan Whatsapp Achmad Rifki Alaydrus dengan KCD yang diterima RMOLJabar, Rabu (7/9) sore, pada pukul 17.09 WIB.
"Izin menyampaikan, kronologis kejadian: Saat pembina OSIS sampaikan kriteria pemilihan ada 3 calon, tiba2 seorang siswa nyeletuk kalau pilih yang ke-4 bagaimana? Pembina tersinggung sehingga terjadi kekurangnyamanan. Selanjutnya dilakukan rekonsiliasi yang menghadirkan ortu dan sebaliknya kepala sekolah juga berkunjung ke rumah siswa," isi whatsapp Rifki yang diteruskan kepada RMOLJabar.
"Demikian klarifikasi Pa Rifki. Saling meminta maaf dan diakhiri dengan surat pernyataan dan sekolah memberikan bantuan berupa pembebasan SPP selama 6 bulan," lanjutnya.
Sebelumnya diberitakan, aksi kekerasan guru terhadap siswanya di Kota Bogor kembali terjadi. Kali ini dialami MA seorang siswa SMK Kelas XI yang sekolahnya berlokasi di Jalan NV Sidik, Kelurahan Batu Tulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor.
MA mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Jumat 26 Agustus 2022 lalu. Kala itu, dirinya menanyakan kepada oknum guru tersebut terkait pemilihan OSIS di sekolahnya. Namun bukannya dijawab, gurunya malah melakukan kekerasan dengan cara menendang.
"Jadi waktu itu guru saya menyampaikan kepada siswa-siswi yang ada di kelas untuk memilih Ketua OSIS yang baru, dengan pilihan nomor 1, 2 dan 3. Di situ saya nanya, pak kalau untuk nomor 4 ada ga pak? Dan waktu saya nanya gitu, saya malah ditendang sama pak guru menggunakan kakinya," ungkap MA kepada wartawan belum lama ini.
Saat guru tersebut menendang, posisi MA sedang duduk dan langsung menepis dengan membelokan badannya, dengan tujuan agar tidak kena dada, sehingga tendangan gurunya mengena tangan kanan bagian belakang atas (bawah pundak, red).
Bukan hanya itu, MA pun mendapat hukuman lain dari oknum guru tersebut, yaitu push-up dengan tanpa ada hitungan dari gurunya. "Nah, setelah itu saya di suruh push-up tanpa dihitung harus berapa. Saya cuma bilang cukup pak. Terus tangan bekas tendangan pak guru masih pegal-pegal," katanya.
Setelah mendapat perlakuan kekerasan dari gurunya, ia menceritakan kepada orang tuanya di rumah dan setelah diceritakan semuanya, orang tua MA marah dan tidak terima dengan perlakuan guru terhadap anaknya tersebut.
"Pas saya dengar cerita anak saya ditendang sama gurunya, jelas saya tidak terima. Orang tua mana ketika anaknya dilakukan oleh gurunya kaya gitu engga marah, ya pasti marah lah. Masa guru kaya gitu, harusnya kan memberikan contoh yang baik, harus mendidik. Bukan ditendang," ungkap orang tua MA sembari menangis.
Lanjut orang tua MA, bahwa anaknya itu punya riwayat usus buntu dan apabila tendangan oknum gurunya itu terkena perut MA maka akan kambuh dan pastinya sangat sakit.
"Anak saya itu punya riwayat usus buntu, kalau kena perutnya saya ga bisa ngebayangin. Untung anak saya bisa melindungi pakai tangannya," ketusnya.
Ia menambahkan kalau hukumannya hanya sekedar menjewer atau mencubit, dirinya masih mentolerir, tetapi kalau sudah menendang seperti itu ia pun murka hingga akhirnya orang tua MA ke sekolahnya untuk menemui guru tersebut.
"Kata anak saya, ini guru ngajar pelajaran PKN bernama T. Terus saya ke sekolah dengan tujuan untuk bertemu kepala sekolah, tetapi saya hanya ketemu guru BK (Bimbingan Konseling) dan juga oknum guru yang sudah tentang anak saya. Dia (oknum) mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Jujur, meski dia (oknum) sudah minta maaf, saya sebagai orang tua masih kesal, masih sakit hati," kesalnya.
Terpisah, oknum guru atau pelaku kekerasan bernama Tiar, membenarkan peristiwa tersebut dilakukan olehnya. Alasannya, karena apa yang dilakukan oleh siswanya itu terkesan meledek, sehingga memancing emosi hingga akhirnya melakukan hal tersebut.
"Saya akui, saya salah. Saya khilaf, saya sudah minta maaf ke MA dan juga orang tuanya," kata Tiar saat ditemui di sekolahnya.
Tiar yang mengaku sebagai guru pembina OSIS di SMK tersebut menambahkan, bahwa dirinya sudah menyampaikan peristiwa tersebut kepada pimpinan dalam hal ini kepala sekolah.
"Sudah saya laporkan, ya ga tahu lagi apa yang bisa dilakukan selain meminta maaf," ujarnya.
Sementara itu, Kepala SMK Bhakti Insani Budiono mengatakan, bahwa permasalahan guru dan siswanya sudah selesai dan sudah saling memaafkan.
"Saya juga sudah panggil Pak Tiar, agar hati-hati dalam tugasnya. Maaf saya lagi sakit," singkat Budiono saat dikonfirmasi melalui pesan singkat.
© Copyright 2024, All Rights Reserved