RMOLJabar. Seleksi Masuk Universitas Padjadjaran (SMUP) Sabtu (6/7/2019) di Jatinangor sempat menjadi kericuhan dan viral di media sosial. Pasalnya, server yang digunakan untuk melaksanakan Mobile-Assited Testing (MAT) mengalami down.
Akibart downnya server MAT, ratusan peserta sesi I kesulitan mengakses aplikasi tes di gajet mereka. Walhasil, UNPAD mengumumkan untuk menunda pelaksanaaan MAT sesi I dan II pada Sabtu (13/7) pekan depan.
Mashur, seorang peserta SMUP dengan akun twitter @dhimasm56, menumpahkan kekesalannya di twitter. Aku peserta sesi satu SMUP UNPAD. Sistemnya UTBK (Ujian tertulis Berbasis Komputer) tapi di aplikasi android guys dan itu down abis. Bayangin dari jam setengah 8 sampai jam 12 kita diem kayak orang gak ada kepastian.â€
Peserta lain, yang memiliki akun @rabbasa, ikut menguar kesaksiannya. Katanya sih #SmupUnpad didukung penuh†oleh Telkomsel tapi ini ribuan peserta sesi I disuruh pulang, gegara aplikasi/server error (tulisannya tidak terkoneksi). Ini sinyal TSEL di depan FIB aja cuman 2 batang.â€
Menurut Ketua BEM (Badan Eksekutif UNPAD) Imam Syahid yang kebetulan berada di lokasi ujian, ‘kericuhan’ terjadi karena panitia SMUP kurang cepat dalam merespon situasi ketidakpastian itu. Akibatnya, peserta SMUP maupun orang tua mereka menyuarakan protes kepada panitia sehingga situasi sempat gaduh.
Dalam beberapa saat, para peserta dan orang tua kebingungan karena tidak ada arahan atau informasi yang jelas,†kata Imam.
UNPAD akhirnya memaklumatkan penundaan jadwal ujian dan mengganti biaya transportasi yang telah dikeluarkan para peserta untuk mengikuti tes, sehingga menenangkan sebagian peserta.
Kepala Kantor Komunikasi Publik UNPAD, Syauqy Lukman, dalam rilisnya menyatakan bahwa kerugian biaya transportasi (tiket, bensin, tiket tol) untuk peserta akan diganti, setelah dilakukan pendataan oleh Unit Layanan Terpadu UNPAD.
Meski demikian, banyak peserta maupun orang tua yang merasa kurang puas dengan solusi tersebut. Rilis dari Kantor Komunikasi Publik UNPAD, meski menyebutkan penggantian biaya transportasi, tak menyebutkan penggantian biaya akomodasi, padahal bisa jadi nilainya besar bagi peserta dari luar daerah karena harus menginap lebih lama di Bandung.
Selain itu, banyak peserta datang dari luar daerah atau luar pulau dengan didampingi orang tua atau keluarganya. Transportasi mereka, juga akomodasinya, tidak diganti oleh UNPAD. Padahal, seperti ditulis akun @rabbasa, tiket balik (kereta/pesawat) para pendamping peserta itu bisa hangus jika tidak digunakan pada waktu yang telah ditentukan.
Liza Chan, kakak seorang peserta SMUP yang memiliki akun @lzchan ikut menumpahkan kekecewaannya. Adek gua jauh-jauh dari padang naek bus. Buat ujian doang loh ke Unpad. Taunya diundur tanpa advanced notice. Adek gua ujian harusnya jam 13-17. Jam setengah 3 ngewhatsapp katanya ga jadi ujian gara-gara servernya belom siap. Mantap UNPAD.â€
Lebih lanjut Liza melalui akun twitternya menyesalkan kegagalan UNPAD menyelenggarakan MAT tersebut karena banyak peserta berminat mendaftar ikut tes SMUP karena dilakukan sebelum pengumuman SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) tanggal 9 Juli.
Sementara itu, universitas- universitas negeri lain menyelenggarakan ujian mandiri†sehabis pengumuman SBMPTN. Perubahan jadwal tes bagi peserta MAT sesi I dan II itu dapat mengganggu persiapan mereka yang juga berencana mengikuti ujian mandiri†di perguruan tinggi lain pada minggu-minggu yang akan datang.
Menanggapi berbagai bentuk kerugian yang diderita peserta SMUP dan keluarganya, BEM UNPAD mengusulkan agar pihak kampus tidak hanya sekedar mengganti biaya transportasi yang sudah dikeluarkan peserta.
Kami mencoba mengkomunikasikan dengan rektorat agar setidaknya ada ganti rugi yang lebih memadai bagi peserta dan orang tuanya. Bentuknya seperti apa, nanti bisa kita diskusikan bersama. Bagaimanapun, mereka telah mengorbankan waktu dan hal-hal penting lain untuk datang ke UNPAD hari Sabtu lalu,†kata Imam.
Kegagalan penyelenggaran tes SMUP yang pertama kali terjadi dalam sejarah kampus itu disesalkan oleh berbagai kalangan internal UNPAD. Seorang dosen senior di fakultas eksakta menyampaikan keprihatinannya setelah mendengar kabar yang videonya viral di sosmed itu.
(Ini) memalukan UNPAD, ya,†tulisannya melalui jejaring whatsapp.
‘Kericuhan’ tes SMUP itu makin menajamkan sorotan publik pada UNPAD, yang saat ini berada dalam kemelut akibat proses Pemilihan Rektor (Pilrek) yang tak kunjung usai.
Setelah setahun proses Pilrek di MWA (Majelis Wali Amanat) tidak berhasil memilih rektor definitif, Menristekdikti pada April lalu menunjuk Prof. Rina Indriastuti, sekretaris Dirjen Pembelajar dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemenristekdikti, menjadi Plt (Pelaksana Tugas) Rektor.
Di samping menetapkan Plt Rektor, Menristekditi juga meminta MWA untuk melakukan pengulangan proses Pilrek. Hal tersebut membuat salah satu Calon Rektor, Prof. Atip Latipulhayat, melayangkan gugatan hukum ke PTUN. Menurut Atip, ketidakjelasan proses Pilrek itu telah merugikan dirinya.
Dalam sebuah perbincangan dengan Kantor Berita RMOL Jabar, Atip juga menyebutkan bahwa ketidakjelasan proses Pilrek telah menimbulkan demotivasi di kalangan dosen, karyawan, dan mahasiswa UNPAD.
Meski demikian, Imam Syauqi tak berminat mengaitkan kegagalan tes SMUP dengan isu demotivasi di kalangan civitas academica.
Yang paling penting, kejadian ini harus menjadi evaluasi bagi rektorat dan panitia SMUP agar tidak terulang lagi di masa datang,†ujarnya diplomatis.
Ia lebih lanjut menyarakan agar panitia SMUP melibatkan mahasiswa berjumlah besar untuk ikut mengujicoba server dan aplikasi android yang digunakan dalam MAT.
Kesiapan server dan aplikasi tes dalam menghandle jumlah pengakses yang banyak, kata Imam, musti dipastikan oleh panitia. BEM sendiri siap membantu memobilisasi mahasiswa yang jumlahnya sebanding dengan jumlah peserta SMUP tiap sesi apabila Panitia SMUP melakukan try out MAT sebelum jadwal tes minggu depan. Tentu saja, jika diminta oleh pihak rektorat. [dod]
© Copyright 2024, All Rights Reserved