Amerika Serikat (AS) tak mengundang China dan Turki dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Demokrasi, yang akan dihadiri lebih dari 100 negara secara virtual. Presiden AS Joe Biden justru mengajak Taiwan hadir dalam KTT tersebut.
Gelaran KTT tersebut merupakan bagian kampanye Biden yang akan berjanji menempatkan demokrasi di atas pemerintahan otoriter dalam kebijakan luar negeri. KTT rencananya akan digelar pada 9-10 Desember secara virtual.
Khusus Taiwan, AS mengundang negara tersebut karena dianggap sebagai contoh demokrasi yang terus dipertahankan. Taiwan sendiri masih tak diakui China sebagai negara merdeka.
China sendiri tetap menolak frasa Taiwan yang berimplikasi pada legitimasi kemerdekaan pulau tersebut. Pemerintah China sendiri bersikeras Taiwan merupakan bagian dari wilayah negara itu.
Langkah AS pun disebut bakal semakin meningkatkan ketegangan dengan China. Pengamat China dari Hofstra University, Julian Ku, mewanti-wanti langkah AS tersebut,
"Saya sepakat Taiwan sangat layak (diundang), tapi tampak akan menjadi pemerintahan demokratis yang diundang AS tapi tak diakui secara resmi. Dengan demikian, ini akan jadi masalah besar," tutur Ku, dilaporkan AFP, Rabu (24/11).
Sementara itu, AS juga tidak mengundang Rusia dalam KTT Demokrasi seperti biasanya. Negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Yordania, Qatar, dan Uni Emirat Arab, memilih absen dalam KTT demokrasi.
India dan Brasil juga diundang AS dalam KTT Demokrasi. Hal itu pun mengundang tanda tanya publik karena India dan Brasil saat ini dipimpin pemerintahan yang otoriter.
Di negara-negara Afrika, ada Republik Demokratik Kongo, Afrika Selatan, Nigeria dan Niger.
© Copyright 2024, All Rights Reserved