RMOLJabar. Pemerintah Kabupaten Bandung Barat menaikan status siaga bencana menjadi tanggap darurat bencana selama 14 hari ke depan. Masa tanggap darurat bencana dimulai dari tanggal 14 hingga 28 Mei 2019.
Peningkatan status ini menyusul terjadinya longsor di Desa Kidangpananjung, Kecamatan Cililin, yang mengakibatkan 60 kepala keluarga (KK) atau 178 jiwa warga Kampung Cicapeu RW 06 terpaksa harus diungsikan ke tiga titik lokasi pengungsian.
"Penetapan status tanggap darurat agar penanganan dampak dari bencana bisa cepat. Terutama menyangkut pemulihan infrastruktur dan kebutuhan sehari-hari korban bencana," kata Bupati Bandung Barat, Aa Umbara Sutisna saat meninjau lokasi bencana, Kamis (16/5).
Selama meninjau lokasi bencana sekaligus mengunjungi warga yang mengungsi, bupati didampingi Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung Barat Duddy Prabowo, Camat Cililin Endang Hadiat, Kabag Humas Setda Bandung Barat Hari Mustika.
"Dengan banyaknya warga terdampak dan luasan wilayah bencana, saya memutuskan menaikan status dan sesuai aturan dengan ditetapkannya status tanggap darurat, pemerintah daerah bisa mencairkan anggaran Biaya Tidak Terduga (BTT). Pencairannya tadi sudah saya tandatangani, nilainya sekitar Rp 470 juta," jelasnya.
Anggaran BTT akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi, logistik, pangan, sandang seperti selimut. Di samping itu, biaya itu digunakan untuk membuka akses jalan, air bersih dan sewa alat berat.
"Kejadian longsor di Kidangpananjung ini tak hanya menimpa pemukiman penduduk. Tapi juga terjadi beberapa titik longsor di jalan sepanjang 1,7 kilometer. Hasil tadi penjelasan dari BPBD, tadinya kita akan menyewa satu alat berat. Namun melihat kondisi di lapangan seperti itu, kalau hanya menggunakan satu alat berat penanganannya butuh waktu 26 hari, sehingga diputuskan menggunakan dua alat berat biar cepat selesai," papar Aa Umbara.
Ia berharap penanganan bencana bisa diselesaikan selama 14 hari. Sehingga warga yang sekarang mengungsi bisa merayakan Idul Fitri di rumahnya.
"Kedepannya apakah perlu direlokasi atau tidak, kita masih menunggu hasil kajian Badan Geologi yang kemarin sudah melakukan penelitian," tandasnya.
Salah seorang pengungsi, Setiawan (23) mengatakan, dirinya ikut mengungsi karena longsoran tanah sudah sampai di depan pintu rumahnya. Hal itu membuatnya tidak berani kembali ke rumah.
"Pas kejadian kebetulan saya sedang tinggal di rumah kakak yang jauh dari lokasi bencana. Tapi motor milik kakak yang ditinggal di rumah saya rusak terseret longsor," kata Setiawan. [din]
© Copyright 2024, All Rights Reserved