Sudah tiga tahun ratusan hektare lahan garam di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon terendam rob, mengakibatkan mayoritas petambak garam di desa setempat tidak bisa memproduksi garam.
- Bagikan Mainan Anak, Heru Subagia: Caleg Harus Peduli Kebahagiaan Anak-anak
- DPRD Usulkan Profesor Asli Cirebon Jadi Calon Pj Bupati
- Mendengar Keluh Kesah Kuwu Cirebon
Baca Juga
Hal tersebut disampaikan salah seorang petambak garam desa Rawaurip , Ismail Marzuki (35) pada Kantor Berita RMOLJabar saat ditemui dibilangan Pantura Cirebon, Rabu (24/8).
Ismail mengatakan seharusnya pada bulan Agustus para petambak garam tengah panen raya, namun sudah 3 tahun mereka harus gigit jari karena tidak bisa produksi. Atas kondisi seperti ini, lahan garam pun banyak yang ditinggalkan, tidak diolah. Mereka juga menagih janji Kepala Staf Presiden (KSP) RI, Moeldoko yang tahun lalu mendengarkan keluhan petambak garam dan berjanji melalui Kementerian Kelautan untuk merevitalisasi bibir pantai di wilayah ini.
Ismail mengaku, saat ini mayoritas lahan garam di desanya terendam air rob. Hanya sebagian lahan saja yang posisinya jauh dari laut, dalam keadaan aman dan bisa produksi.
“Ya kalau dijumlah ya ratusan hektare yang sudah terendam air rob dan tidak bisa digarap. Paling hanya seperempat lahan garam yang bisa produksi tahun ini, itu pun mereka kesusahan juga mengolahnya,” kata Ismail, Selasa (23/8).
Selain persoalan rob, patambak garam, dihadapkan dengan cuaca kemarau pada tahun ini tidak menentu. Karena di bulan Agustus masih turun hujan. Sehingga, proses pengolahannya lama untuk bisa menghasilkan garam. Dan di kemarau 2022 ini, ia bersama petambak garam lainnya tidak bisa produksi sama sekali.
“Kalau dibandingkan tahun 2019 ya sangat jauh hasil produksi garamnya. Di lahan yang sama, saya masih bisa menghasilkan 85 ton garam dalam satu musim,” ungkapnya.
Untuk harga garam di petambak sendiri, ia tak memungkiri memang lumayan tinggi. Perkilogramnya bisa mencapai Rp 1.000-1.300 tergantung kualitas garam. Hanya saja, tingginya harga itu dikarenakan tidak ada garam di petambak.
“Ya percuma juga harga tinggi, kami tidak bisa produksi kok. Kalau semua bisa produksi ya bisa saja harga garam seperti dulu-dulu. Saat panen raya malah anjlok di angka Rp 100 perkilogramnya,” kata Ismail.
Menurutnya, dengan kunjungan KSP RI, Moeldoko sepuluh bulan yang lalu, harapan petambak garam terhadap pemerintah pusat sangatlah besar untuk membenahi kondisi tersebut. Namun, lanjut dia, beberapa janji KSP di hadapan petambak garam saat itu, sampai sekarang belum terealisasi sama sekali.
“Ya kami pasrah saja dengan kondisi ini. Tapi kalau boleh menagih janji Bapak Moeldoko ya kami minta segera direalisasikan. Saat itu, Pak Moeldoko salah satunya menjanjikan melalui kementerian mau membenahi sepanjang pantai agar tidak terus digerus abrasi karena rob,” tutupnya.
- Akibat Super New Moon, Pesisir Indonesia Termasuk Jawa Barat Berpotensi Diterjang Rob
- BPBD Jabar: Pemudik Yang Lewat Pantura Harus Waspadai Potensi Puting Beliung dan Rob