Universitas Katolik Parahyangan melalui program studi Integrated Arts menghelat konser Orkestra Dangian Karinding di Aula PPAG, Unpar pada Selasa (23/7) malam.
Rektor Universitas Katolik Parahyangan, Tri Basuki Joewono, mengatakan konser Orkestra Dangian Karinding merupakan bagian dari ekspresi yang menarik dan jarang dilakoni.
Dirinya berharap, dengan adanya, konser ini semoga dapat melahirkan nilai-nilai kemanusiaan.
"Ini sesuatu yang sangat lokal dan kemudian diapresiasi UNESCO. Salah satu kolaborasi yang menarik punya visi mengangkat budaya lokal ke tingkat internasional," ujarnya, saat ditemui di sela-sela kegiatan.
Lebih lanjut dirinya menyebut bahwa Universitas Parahyangan memiliki, Program studi Integrated Arts
"Mungkin program studi ini kita yang pertama, kalau di luar negeri itu ada di Liberal Art. Sudah sangat jelas ini berkembang, dulu itu kalau orang bilang seni itu mau ngapain, kita mau membongkar atau menunjukan sisi lain sebenarnya seni itu harus sesuatu yang penting untuk kehidupan, yang ingin kita ditunjukkan bagaimana seni itu berkomunikasi," jelasnya.
Tri menjelaskan, bahwa program studi ini tidak menghasilkan seniman, tetapi melahirkan seni yang ini saling berkesinambungan dengan Filsafat.
"Saat ini yang dikembangkan oleh teman-teman itu integrated Arts, jadi di program studi ini tidak menghasilkan seniman, tapi Seniman yang bisa berkomunikasi. Maka dasarnya adalah filsafat," ungkapnya.
Sementara itu Dosen Integrated Arts UNPAR Elaine V.B Kustedja, mengatakan, kegiatan ini dihelat dengan menggandeng kolaborasi Pangauban Karinding dan Atap Foundation.
Elaine menuturkan, pemaparan pengkajian tentang instrumen karinding dinilai masih kurang terekspos.
"Itu sebabnya kenapa kami merancang agar ada area pameran instrumen karinding karena mencoba untuk dikaji lebih jauh, dibaca lebih dalam lagi, bahwa karinding itu nggak hanya sekedar instrumen yang dimainkan begitu saja tapi ada falsafah-falsafah dibaliknya yang itu sudah berlangsung ratusan tahun udah lama sekali," terangnya.
Lebih lanjut, dirinya menyebut bahwa karinding bukan hanya sekedar alat musik dari bambu saja, melainkan memiliki nilai-nilai bermuatan kelestarian lokal.
Pada helatan kali ini, ada 13 komposisi lagi yang dibawakan dibagi menjadi tiga babak dengan jumlah penonton sebanyak 900 orang.
"Babak pertama itu memang khusus untuk murangkalih, jadi nanti akan lihat ada penampilan anak-anak. Sesi kedua dan ketiga lmembawakan komposisi karya-karya baru, jadi memang ciri khasnya markestra itu adalah kita hanya membawakan komposisi dari komponis muda atau karya baru," tandasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved