Baru-baru ini warga Kabupaten Garut dihebohkan dengan adanya wabah Difteri yang merenggut sejumlah nyawa. Dengan itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar melakukan _Outbreak Response Immunization_ (ORI) guna menanggulangi wabah Difteri.
Kepala Bidang Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes Jabar Rochady mengungkapkan, ORI ini baru dilakukan di Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut yang sudah positif terjadi wabah Difteri.
"Baru kita lakukan di Kabupaten Garut, khususnya di Kecamatan Pangatikan yang sudah positif. Sementara enam daerah lainnya masih dilakukan pemeriksaan _sampling_ di laboratorium," kata Rochady, Selasa (28/3).
Ia menjelaskan, sasaran ORI di Kecamatan Pangatikan lebih dari 11.000 dari golongan usia 0 hingga 11 bulan, bayi di bawah dua tahun, anak usia sekolah kelas 1, kelas 2, dan kelas 5.
"Tapi kita kemarin menghadapi kendala cuaca hujan besar, jadi target 1.800 di kecamatan itu baru 800 sasaran yang diimunisasi. Maka dalam sepekan ini kita akan kejar ORI di Kecamatan Pangatikan," jelasnya.
Menurutnya, Imunisasi yang diberikan tidak hanya meningkatkan kekebalan tubuh melainkan pada kasus tertentu untuk mengisolasi penyebaran penyakit agar tidak meluas ke tempat lain.
"Penerapan protokol kesehatan tetap harus dilakukan karena cara penyebaran difteri ini mirip dengan Covid-19 melalui droplet, pemakaian alat makan dan alat-alat lain secara bersamaan," ucapnya.
Kendati begitu, Dinkes Jabar tidak menetapkan kasus difteri sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). KLB baru dinyatakan di Kabupaten Garut saja.
Sementara itu, Ketua Tim Surveilans Dinkes Jabar Dewi Ambarwati memaparkan, sebagian warga sekitar tidak menyadari penyakit Difteri sehingga lalai dalam penanganan pertama.
"Gejala-gejalanya demam dan sakit menelan. Kemudian kalau dilihat di pangkal tenggorokannya ada selaput putih. Itu harus segera ditangani karena kalau terlambat, racun dari difteri itu bisa sampai ke jantung, dan itulah yang menyebabkan kematian," paparnya.
Dewi menjelaskan, pihaknya melakukan penanganan dengan memberikan Anti Difteri Serum (ADS), pelacakan kontak erat, dan pengambilan sampel dari suspek.
Hal itu dilakukan di enam daerah yang meliputi Kabupaten Cianjur, Tasikmalaya, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bogor, dan Sukabumi.
"Sudah kita lakukan _treatment_ di enam daerah tersebut, tinggal menunggu hasil laboratoriumnya," tuturnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved